Jumat, 22 Oktober 2010

MINERAL MAKRO

Tahukah Anda betapa pentingnya Mineral bagi tubuh kita ?.
Makanan apa saja yang mengandung mineral ?
Ada baiknya Anda simak uraian berikut ini :

Manfaat Kalsium (Ca)
•Untuk pembentukan tulang dan gigi, kontraksi otot ;
•Mengatur pembekuan darah dan katalisator reaksi-reaksi biologis dalam tubuh
Sumber Kalsium terdapat pada : Susu, Keju, Ikan, Udang, Tempe, dan Kacang-kacangan.

Akibat kekurangan Kalsium :
•Gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh, disebut juga ricketsia atau rachitis;
•Tetani atau kejang otot, misalnya pada kaki
Manfaat Phospor (P) :
•Klasifikasi tulang dan gigi, absorpsi dan mengangkut zat gizi;
•Mengatur keseimbangan asam basa serta proses lain dalam tubuh
Akibat kekurangan Phospor (P) ;
•Jarang terjadi;
•Namun jika kekurangan Phospor dapat menyebabkan kerusakan pada tulang, dengan gejala rasa lelah dan kurang nafsu makan.
Sumber Phospor ;
Terdapat pada Daging, Ayam, Ikan, Telur, Susu, dan Kacang-kacangan

Manfaat Magnesium;
•Sebagai bagian lebih dari 300 enzim yang berperan dalam metabolisme zat gizi di dalam tubuh
•Membantu pada transmisi syaraf, pembekuan darah, relaksasi otot dan mencegah kerusakan gigi;
Akibat kekurangan Magnesium;
•Jarang terjadi;
•Terjadi pada komplikasi penyakit yang menyebabkan gangguan absorpsi
Sumber Magnesium;
Terdapat pada Sayuran Hijau, Daging, Kacang-kacangan, dan Susu.

Manfaat Sulfur (S);
Sebagai bagian zat-zat gizi penting seperti vitamin, asam amino, enzim dan koenzim untuk berbagai proses dalam tubuh.

Akibat kekurangan Sulfur (S);
•Jarang terjadi;
•Sumber Sulfur adalah makanan sumber protein.
Manfaat Sodium atau Natrium (Na)
•Menjaga keseimbangan cairan, asam basa, transmisi syaraf, kontraksi otot, dll;
•Sumber Na adalah garam dapur, MSG kecap, makanan yang diawetkan dengan garam dapur
Akibat kekurangan Sodium;
•Menyebabkan kejang, apatis dan kehilangan nafsu makan. Dapat terjadi pada kondisi diare, muntah, keringat yang berlebihan;
•Kelebihan : dapat menyebabkan terjadinya edema dan hipertensi
Manfaat Kalium (K);
•Kalium bersama Na adalah dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa, transmisi syaraf, dan relaksasi otot.
Kekurangan Kalium;
•Jarang terjadi
•Kekurangan terjadi jika diare kronis, muntah pada penggunaan obat pencahar, deuretik
Sumber Kalium (K);
terdapat pada makanan mentah atau segar, terutama sayur-sayuran, buah, dan kacang-kacangan.

Kamis, 21 Oktober 2010

BEBERAPA UNSUR MINERAL ESENSIAL MIKRO DALAM SISTEM BIOLOGI DAN METODE ANALISISNYA

ABSTRAK
Mineral esensial adalah mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk proses fisiologis, dan dibagi ke dalam
dua kelompok yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, yang
terdiri atas kalsium, klorin, magnesium, kalium, fosforus, natrium, dan sulfur. Mineral mikro diperlukan tubuh
dalam jumlah kecil, seperti kobalt, tembaga, iodin, besi, mangan, selenium, dan seng. Keperluan optimum akan
berbagai mineral tersebut belum banyak diketahui dengan pasti, sedangkan mineral mikro dapat ditemukan pada
berbagai bagian tubuh walaupun dalam jumlah sedikit. Kekurangan (defisiensi) mineral, baik pada manusia maupun
hewan, dapat menyebabkan penyakit. Sebaliknya pemberian mineral esensial yang berlebihan dapat menimbulkan
gejala keracunan. Analisis kandungan mineral dalam jaringan biologik dengan metode spektrofotometri serapan
atom dapat mendiagnosis kasus defisiensi atau keracunan mineral.
Kata kunci: Mineral esensial, defisiensi, toksisitas

Unsur mineral merupakan salah satu
komponen yang sangat diperlukan
oleh makhluk hidup di samping karbohidrat,
lemak, protein, dan vitamin, juga
dikenal sebagai zat anorganik atau kadar
abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis
dibakar, semua senyawa organik akan
rusak; sebagian besar karbon berubah
menjadi gas karbon dioksida (CO2),
hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen
menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar
mineral akan tertinggal dalam bentuk abu
dalam bentuk senyawa anorganik sederhana,
serta akan terjadi penggabungan
antarindividu atau dengan oksigen sehingga
terbentuk garam anorganik (Davis
dan Mertz 1987).
Berbagai unsur anorganik (mineral)
terdapat dalam bahan biologi, tetapi tidak
atau belum semua mineral tersebut terbukti
esensial, sehingga ada mineral esensial
dan nonesensial. Mineral esensial yaitu
mineral yang sangat diperlukan dalam
proses fisiologis makhluk hidup untuk
membantu kerja enzim atau pembentukan
organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam
tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu
mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro diperlukan untuk membentuk
komponen organ di dalam tubuh. Mineral
mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam
jumlah sangat sedikit dan umumnya
terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi
sangat kecil. Mineral nonesensial
adalah logam yang perannya dalam tubuh
makhluk hidup belum diketahui dan
kandungannya dalam jaringan sangat
kecil. Bila kandungannya tinggi dapat
merusak organ tubuh makhluk hidup yang
bersangkutan. Di samping mengakibatkan
keracunan, logam juga dapat menyebabkan
penyakit defisiensi (McDonald et
al. 1988; Spears 1999; Inoue et al. 2002).
Tulisan ini menguraikan pentingnya
mineral mikro esensial dalam kehidupan
hewan. Sifat-sifat mineral seperti sifat
kimia, biokimia maupun proses biologis
dalam jaringan makhluk hidup, perlu
diketahui dalam upaya mendiagnosis
penyakit defisiensi mineral pada hewan.

PENGGOLONGAN
MINERAL DALAM TUBUH
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas
kehidupan, mineral (logam) dibagi menjadi
dua golongan, yaitu mineral logam esensial
dan nonesensial. Logam esensial
diperlukan dalam proses fisiologis hewan,
sehingga logam golongan ini merupakan
unsur nutrisi penting yang jika kekurangan
dapat menyebabkan kelainan proses
fisiologis atau disebut penyakit defisiensi
mineral. Mineral ini biasanya terikat
dengan protein, termasuk enzim untuk
proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium
(Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na),
klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg),
besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan
(Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium
(Se). Logam nonesensial adalah golongan
logam yang tidak berguna, atau belum
diketahui kegunaannya dalam tubuh
hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut
lebih dari normal dapat menyebabkan
keracunan. Logam tersebut bahkan sangat
berbahaya bagi makhluk hidup, sepertitimbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As),
kadmium (Cd), dan aluminium (Al)
(Gartenberg et al. 1990; Darmono 1995;
Spears 1999).
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu mineral
makro dan mineral mikro. Mineral makro
diperlukan atau terdapat dalam jumlah
relatif besar, meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S,
dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang
diperlukan dalam jumlah sangat sedikit
dan umumnya terdapat dalam jaringan
dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu Fe,
Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se (McDonald
et al. 1988; Spears 1999; Tabel 1).
BEBERAPA MINERAL
MIKRO ESENSIAL DALAM
TUBUH
Tembaga (Cu) merupakan mineral mikro
karena keberadaannya dalam tubuh
sangat sedikit namun diperlukan dalam
proses fisiologis. Di alam, Cu ditemukan
dalam bentuk senyawa sulfida (CuS).
Walaupun dibutuhkan tubuh dalam jumlah
sedikit, bila kelebihan dapat mengganggu
kesehatan atau mengakibatkan keracunan.
Namun bila terjadi kekurangan Cu dalam
darah dapat menyebabkan anemia yang
merupakan gejala umum, pertumbuhan
terhambat, kerusakan tulang, depigmentasi
rambut dan bulu, pertumbuhan bulu
abnormal, dan gangguan gastrointestinal
(Davis dan Mertz 1987; Baker et al. 1991;
Clark et al. 1993).
Besi (Fe) merupakan mineral makro
dalam kerak bumi, tetapi dalam sistem
biologi tubuh merupakan mineral mikro.
Pada hewan, manusia, dan tanaman, Fe
termasuk logam esensial, bersifat kurang
stabil, dan secara perlahan berubah
menjadi ferro (Fe II) atau ferri (Fe III).
Kandungan Fe dalam tubuh hewan bervariasi,
bergantung pada status kesehatan,
nutrisi, umur, jenis kelamin, dan spesies
(Dhur et al. 1989; Graham 1991; Beard et
al. 1996). Besi dalam tubuh berasal dari
tiga sumber, yaitu hasil perusakan sel-sel
darah merah (hemolisis), dari penyimpanan
di dalam tubuh, dan hasil penyerapan
pada saluran pencernaan (Darmono 1995;
King 2006). Dari ketiga sumber tersebut,
Fe hasil hemolisis merupakan sumber
utama. Bentuk-bentuk senyawa yang ada
ialah senyawa heme (hemoglobin, mioglobin,
enzim heme) dan poliporfirin
(tranfirin, ferritin, dan hemosiderin). Sebagian
besar Fe disimpan dalam hati, limpa,
dan sumsum tulang (Brock dan Mainou-
Fowler 1986; Desousa 1989; Brown et al.
2004).
Kobalt (Co) merupakan unsur mineral
esensial untuk pertumbuhan hewan, dan
merupakan bagian dari molekul vitamin
B12. Konversi Co dari dalam tanah menjadi
vitamin B12 pada makanan hingga dicerna
hewan nonruminansia kadang-kadang
disebut sebagai siklus kobalt. Ternak ruminansia
(sapi, domba, dan kambing) memakan
hijauan pakan, di mana tanaman
menyerap kobalt dari dalam tanah dan
bakteri-bakteri yang ada di dalam lambung
(rumen) menggunakan kobalt dalam penyusunan
vitamin B12. Hewan menyerap
vitamin B12 dan mendistribusikannya ke
seluruh jaringan tubuh (Davis dan Mertz
1987; Mills 1987; Darmono 1995). Semua
bangsa hewan membutuhkan vitamin
sehingga secara tidak langsung memerlukan
kobalt. Ternak babi dan unggas
tidak mempunyai mikroflora dalam saluran
pencernaan untuk mengubah kobalt dalam
ransum sehingga harus mendapat vitamin
B12 yang cukup dalam ransum (Lee et al.
1999).
Iodin (I) diperlukan tubuh untuk
membentuk tiroksin, suatu hormon dalam
kelenjar tiroid. Tiroksin merupakan hormon
utama yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid. Setiap molekul tiroksin mengandung
empat atom iodin (Darmono 1995).
Sebagian besar iodin diserap melalui usus
halus, dan sebagian kecil langsung masuk
ke dalam saluran darah melalui dinding
lambung. Sebagian iodin masuk ke dalam
kelenjar tiroid, yang kadarnya 25 kali lebih
tinggi dibanding yang ada dalam darah
(Mills 1987). Namun bila jumlah yang
sedikit ini tidak terdapat dalam bahan
pakan maka ternak akan kekurangan iodin.
Lebih dari setengah iodin dalam tubuh terdapat
pada kelenjar perisai (tiroid). Meskipun
sebagian besar iodin tubuh terdapat
dalam kelenjar tiroid, iodin juga ditemukan
dalam kelenjar ludah, lambung, usus halus,
kulit, rambut, kelenjar susu, plasenta, dan
ovarium (Puls 1994; Stangl et al. 2000).
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam
seluruh jaringan hewan. Seng lebih
banyak terakumulasi dalam tulang
dibanding dalam hati yang merupakan
organ utama penyimpan mineral mikro.
Jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan
epidermal (kulit, rambut, dan bulu), dan
sedikit dalam tulang, otot, darah, dan enzim
(Richards 1989; Puls 1994; Brown et al.
2004). Seng merupakan komponen penting
dalam enzim, seperti karbonik-anhidrase
dalam sel darah merah serta karboksi
peptidase dan dehidrogenase dalam hati.
Tabel 1. Nutrisi mineral esensial dan jumlahnya dalam tubuh hewan.
Mineral makro g/kg Mineral mikro mg/kg
Kalsium (Ca) 15 Besi (Fe) 20−80
Fosforus (P) 10 Seng (Zn) 10−50
Kalium (K) 2 Tembaga (Cu) 1−5
Natrium (Na) 1,60 Molibdenum (Mo) 1−4
Klorin (Cl) 1,10 Selenium (Se) 1−2
Sulfur (S) 1,50 Iodin (I) 0,30−0,60
Magnesium (Mg) 0,40 Mangan (Mn) 0,20−0,60
Kobalt (Co) 0,02−0,10
Sumber: McDonald et al. (1988).
Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 2008 101


Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan
aktivitas enzim. Seng dalam protein
nabati kurang tersedia dan lebih sulit
digunakan tubuh daripada seng dalam
protein hewani. Hal tersebut mungkin
disebabkan adanya asam fitrat yang
mampu mengikat ion-ion logam (Mills
1987; Puls 1994; Sharma et al. 2003).
PERAN MINERAL MIKRO
ESENSIAL DALAM TUBUH
Secara garis besar, mineral esensial dapat
dikelompokkan menurut fungsi metaboliknya
atau fungsinya dalam proses metabolisme
zat makanan. Dalam tubuh, mineral
ada yang bergabung dengan zat organik,
ada pula yang berbentuk ion-ion bebas.
Tiap unsur esensial mempunyai fungsi
yang berbeda-beda (Tabel 2), bergantung
pada bentuk atau senyawa kimia serta
tempatnya dalam cairan dan jaringan
tubuh (Puls 1994).
Tembaga merupakan unsur esensial
yang bila kekurangan dapat menghambat
pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin.
Tembaga sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme, pembentukan hemoglobin,
dan proses fisiologis dalam tubuh
hewan (Richards 1989; Ahmed et al. 2002).
Tembaga ditemukan dalam protein plasma,
seperti seruloplasmin yang berperan
dalam pembebasan besi dari sel ke plasma.
Tembaga juga merupakan komponen dari
protein darah, antara lain eritrokuprin,
yang ditemukan dalam eritrosit (sel darah
merah) yang berperan dalam metabolisme
oksigen (Darmono 1995; 2001). Selain ikut
berperan dalam sintesis hemoglobin,
tembaga merupakan bagian dari enzimenzim
dalam sel jaringan. Tembaga berperan
dalam aktivitas enzim pernapasan,
sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan
sitokrom oksidase. Tirosinase mengkristalisasi
reaksi oksidasi tirosin menjadi
pigmen melanin (pigmen gelap pada kulit
dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu
enzim dari gugus heme dan atom-atom
tembaga, dapat mereduksi oksigen (Davis
dan Mertz 1987; Mills 1987; Sharma et al.
2003).
Zat besi dalam tubuh berperan
penting dalam berbagai reaksi biokimia,
antara lain dalam memproduksi sel darah
merah. Sel ini sangat diperlukan untuk
mengangkut oksigen ke seluruh jaringan
tubuh. Zat besi berperan sebagai pembawa
oksigen, bukan saja oksigen pernapasan
menuju jaringan, tetapi juga dalam jaringan
atau dalam sel (Brock dan Mainou-
Fowler 1986; King 2006). Zat besi bukan
hanya diperlukan dalam pembentukan
darah, tetapi juga sebagai bagian dari
beberapa enzim hemoprotein (Dhur et al.
1989). Enzim ini memegang peran penting
dalam proses oksidasi-reduksi dalam sel.
Sitokrom merupakan senyawa heme
protein yang bertindak sebagai agens
dalam perpindahan elektron pada reaksi
oksidasi-reduksi di dalam sel. Zat besi
mungkin diperlukan tidak hanya untuk
pigmentasi bulu merah yang diketahui
mengandung ferrum, tetapi juga berfungsi
dalam susunan enzim dalam proses
pigmentasi (Desousa 1989; Beard et al.
1996; Lee et al. 1999).
Kobalt dalam pakan domba dan sapi
dapat ditemukan dalam vitamin B12. Sapi
dan biri-biri tidak membutuhkan vitamin
B12 dari pakan, karena rumen flora dapat
mensintesis vitamin tersebut (Darmono
1995). Apabila vitamin B12 diberikan dalam
pakan, sebagian besar vitamin akan rusak
dan tidak berguna bagi ternak. Apabila
kobalt tersebut disuntikkan atau diberikan
melalui pakan maka kebutuhan kobalt
untuk vitamin B12 tercukupi (Kennedy et
al. 1991; Stangl et al. 2000).
Iodin merupakan komponen esensial
tiroksin dan kelenjar tiroid. Tiroksin berperan
dalam meningkatkan laju oksidasi
dalam sel sehingga meningkatkan Basal
Metabolic Rate (BMR). Tiroksin juga
berperan menghambat proses fosforilasi
oksidatif sehingga pembentukan Adenosin
Trifosfat (ATP) berkurang dan lebih
banyak dihasilkan panas. Tiroksin juga
mempengaruhi sintesis protein (Mills
1987; Darmono 1995). Iodin secara perlahan-
lahan diserap dari dinding saluran
pencernaan ke dalam darah. Penyerapan
tersebut terutama terjadi dalam usus halus,
meskipun dapat berlangsung pula dalam
lambung. Dalam usus, iodin bebas atau
iodat mengalami reduksi menjadi iodida
sebelum diserap tubuh. Dalam peredaran
darah, iodida menyebar ke dalam cairan
ekstraseluler seperti halnya klorida. Iodida
yang masuk ke dalam kelenjar tiroid
dengan cepat dioksidasi dan diubah menjadi
iodin organik melalui penggabungan
dengan tiroksin. Proses tersebut terjadi
pula secara terbatas dalam ovum (Graham
1991; Puls 1994; Lee et al. 1999).
Seng merupakan komponen penting
pada struktur dan fungsi membran sel,
sebagai antioksidan, dan melindungi
tubuh dari serangan lipid peroksidase.
Seng berperan dalam sintesis dan transkripsi
protein, yaitu dalam regulasi gen.
Pada suhu tinggi, hewan banyak mengeluarkan
keringat dan seng dapat hilang
bersama keringat sehingga perlu penambahan
(Richards 1989; Ahmed et al. 2002).
Ikatan enzim seng yang merupakan katalis
reaksi hidrolitik melibatkan enzim pada
bagian aktif yang bertindak ”super
efisien”. Enzim karbonik anhidrase mengkatalisis
CO2 dalam darah, enzim karboksi
peptidase mengkatalisis protein dalam
prankreas, enzim alkalin fosfatase meng-
Tabel 2. Peran mineral mikro esensial dalam tubuh.
Mineral Fungsi Sumber
Besi (Fe) Membentuk hemoglobin dan Telur, tanah, makanan hijauan
mioglobin, bagian dari susunan dan butiran, injeksi besi,
enzim babi, FeSO4
Tembaga (Cu) Eritropoiesis, susunan Bahan makanan dan CuSO4
Co enzim, fungsi jantung yang (0,25−0,50%) CuSO4 ditambahkan
baik, pigmentasi bulu, reproduksi pada garam
Iodin (I) Membentuk hormon trioksin, Garam beriodin (kalium iodida
sebagai komponen esensial pada garam, minyak ikan)
tiroksin dan kelenjar tiroksin
Kobalt (Co) Bagian dari vitamin B12 Pelet kobalt (untuk ruminansia),
0,50 ppm garam kobalt
ditambahkan pada ransum
(injeksi vitamin B12 untuk
menghilangkan defisiensi kobalt)
Seng (Zn) Carbonic anhydrase ZnO atau ZnCO3 ditambahkan
pada ransum pakan hijauan
Sumber: McDonald et al. (1988).
102 Jurnal Litbang Pertanian, 27(3), 2008
hindrolisis

Kamis, 14 Oktober 2010

Hak Pasien dan Perawat

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas. Setiap manusia mempunyai hak asasi untuk berbuat, menyatakan pendapat, memberikan sesuatu kepada orang lain dan menrima sesuatu dari orang lain atau lembaga tertentu. Hak tersebut dapat dimiliki oleh setiap orang. Dalam menuntut suatu hak, tanggung jawab moral sangat diperlukan agar dapat terjalin suatu ikatan yangmerupakan kontrak sosial, baik tesurat maupun yang tersirat, sehingga segala sesuatunya dapat memberikan dampak positif.
Semakin baik kehidupan seseorang atau masyarakat, semakin perlu pula pemahaman tentang hak-hak tersebut agar terbentuyk sikap saling menghargai hak-hak orang lain dan tercipta kehidupan yang damai dan tentram.
Hak-hak pasien dan perawat pada prinsipnya tidak terlepas pula dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi manusia tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap negara/pemerintah untuk menentukan batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi dengan mengutamakan kepentingan umum.
Menurut sifatnya hak asasi manusia dibagi dalam beberapa jenis :
1. Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)
Meliputi kemerdekaan menyatakan pendapat dan memeluk agama, kebebasan bergerak, dsb.
2. Property Rights (Hak untuk memiliki sesuatu)
Meliputi hak untuk membeli, menjual barang miliknya tanpa dicampuri secara berlebihan oleh pemerintah termasuk hak untuk mengadakan suatu perjanjian dengan bebas.
3. Rights of legal aquality
Yaitu hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dan sederajat dalam hukum dan pemerintahan.
4. Political Rights (hak asasi politik)
Yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan dengan ikut memilih atau dipilih, mendirikan partai politik, mengadakan petisi, dll.
5. Social and Cultural Rights (hak asasi sosial dan kebudayaan), diantaranya hak untuk memilih pendidikan serta mengembangkan kebudayaan yang disukai.
6. Procedural Rights, yaitu hak untuk memperoleh tata cara peradilan dan jaminan perlindungan misalnya dalam hal penggeledahan dan peradilan.
Dalam UUD 1945 baik pada pembukaan maupun batang tubuh telah diuraikan dengan jelas beberapa hak asasi manusia. Pada pembukaan disebutkan hak kemerdekaan, hak asasi ekonomi berupa kemakmuran dan hak asasi sosial serta kebudayaan. Kemudian dalam batang tubuh terdapat dalam pasal-pasal :
1. Pasal 27 (persamaan dalam hukum dan penghidupan yang layak)
2. Pasal 28 (beserikat, berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan
3.Pasal 29 ( kebebasan beragama)
4.Pasal 31 ( mendapatkan pengajaran)
5. Pasal 32 (perlindungan bersifat kultural)
6. Pasal 33 (ekonomi)
7.Pasal 34 ( kesejahteraan sosial)
Hak menurut C. Fagin ( 1975) mengemukakan bahwa hak adalah tuntutan terhadap sesuatu, dimana seseorang berhak seperti kekuasaan dan hak-hak istimewa yang berupa tuntutan yang berdasarkan keadilan, moralitas atau legalitas.
Hak dapat dipandang dari sudut hukum dan pribadi. Dari sudut hukum hak mempunyai atau memberi kekuasaan tertentu untuk mengendalikan sesuatu. Ex. Seseorang mepunyai hak untuk masuk restoran dan membeli makanan yang diinginkannya. Dalam hal ini jika ditinjau dari sudut hukum orang yang bersangkutan mempunyai kewajiban tertentu yang menyertainya yaitu orang tersebut diharuskan untuk berprilaku sopan dan membayar makanan tersebut. Dari sudut pribadi mempunyai hal yang harus diperhatikan yaitu pertimbangan etis, cara seseorang mengatur kehidupannya, keputusan yang dibuat berdasarkan konsep benar salah, baik buruk yang ada dilingkungan tempat ia hidup dan tinggal dalam kurun waktu tertentu.
Peranan hak-hak.
1. Hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara seseorang dengan kelompok
Contoh :
Seorang dokter mengatakan pada perawat bahwa ia mempunyai hak untuk menginstruksikan pengobatan yang ia inginkan untuk pasiennya. Disini terlihat bahwa dokter tersebut mengekspresikan kekuasaannnya untuk menginstruksikan pengobatan terhadap pasien, hal ini mmerupakan haknya selaku penanggung jawab medis.
2. Hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan.
Contoh :
Seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya mendapat kritikan karena terlalu lama menghabiskan waktunya bersama pasien. Perawat tersebut dapat mengatakan bahwa ia mempunyai hak untuk memberikan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasien sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini, perawat tersebut mempunayi hak melakukan asuhan keperawatan sesuai denga kondisi dan kebutuhan pasien.
3. Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Seseorang seringkali dapat menyelesaikan suatu perselisihan dengan menuntut hak yang juga dapat diakui oleh orang lain.
Contoh :
Seorang perawat menyarankan pada pasien agar tidak keluar ruangan selama dihospitalisasi. Pada situasi tersebut pasien marah karena tidak setuju dengan saran perawat dan pasien tersebut mengatakan pada perawat bahwa ia juga mempunyai hak untuk keluar dari ruanagan bilamana ia mau. Dalam hal ini, perawat dapat menerima tindakan pasien sepanjang tidak merugikan kesehatan pasien. Bila tidak tercapai kesepakatan karena membatasi pasien, berarti ia mengingkari kebebasan pasien.
Jenis-jenis hak :
1.Hak untuk memilih/kebebasan
Yaitu hak orang-orang untuk hidup sesuai dengan pilihannya dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Contoh :
Seorang perawat wanita yang bekerja dirumah sakit dapat mempergunakan seragam yang diiginkan (haknya) asalkan berwarna putih bersih dan sopan sesuai dengan batas-batas. Batas-batas ini merupakan kebijakan RS dan suatu norma yang ditetapkan perawat.
2. Hak kesejahteraan
Yaitu hak-hak yang diberikan secara hukum untuk untuk hal-hal yang merupakan standar keselamatan spesifik dalam suatu bangunan atau wilayah tertentu.
Contoh :
Hak pasien untuk memperoleh asuhan keperawatan, hak penduduk memperoleh air bersih, dan lain-lain.
3. Hal legislatif
Yaitu hak yang diterapkan oleh hukum berdasarkan konsep keadilan.
Contoh :
Seorang wanita mempunyai hak legal untuk tidak diperlakukan semena-mena oleh suaminya.
Bandman dan Bandman (1986) menyatakan bahwa hak legislatif mempunyai 4 peranan dimasyarakat yaitu membuat peraturan, mengubah peraturan, membatasi moral terhadap peraturan yang tidak adil, memberikan keputusan pengadilan atau menyelesaikan perselisihan.
5 syarat yang mempengaruhi penentuan hak-hak seseorang (Bandman and Bandman, 1985)
1. Kebebasan untuk menggunakan hak yang dipilih oleh seseorang lain, orang yang bersangkutan tidak disalahkan atau dihukum karena menggunakan atau tidak menggunakan hak tersebut.
Contoh :
Pasien mempunyai hak untuk pengobatan yang ditetapkan oleh dokter, tapi dia mempunyai hak untuk menerima atau menolak pengobatan tersebut.
2. Seseorang mempunyai tugas untuk memberikan kemudahan bagi orang lain untuk menggunakan hak-haknya.
Contoh :
Perawat mempunyai tugas untuk meyakinkan dan melindungi hak paisen untuk mendapatkan pengobatan.
3. Hak harus sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, yaitu persamaan, tidak memihak dan kejujuran.
Contoh :
Semua pasien mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan.
4.Hak untuk dapat dilaksanakan.
Contoh :
Dibeberapa Rs, para penentu kebijakan mempunyai tugas untuk memastikan bahwa pemberian hak-hak asasi manusia dilaksanakan untuk semua pasien.
5. Apabila hak seseorang bersifat membahayakan, maka hak tersebut dapat dikesampingkan atau ditolak dan orang tersebut akan diberi kompensasi atau pengganti.
Contoh :
Apabila nama pasien tertunda dari jadwal pembedahan dengan tidak disengaja, pasien dikompensasikan untuk ditempatkan bagian tertas dari daftar pembedahan berikutnya (bila terjadi kekeliruan).
Hak-hak pasien sekarang sudah sering dibicarakan, tumbuh dari mata rantai pasal 25 The United Nations Universal Declaration Of Human rights 1948; pasal 1 The United Nations International Convention Civil and Political Rights 1966 yaitu :
1.Hak memperoleh pemeliharaan kesehatan (the right to health care)
2.Hak menentukan nasib sendiri (the right to self determination)
Kemudian dari Deklarasi Hesinki, oleh The 18th World Medical Assembly, Finland 1964 muncul hak untuk memperoleh informasi (the right to informasi)
Ada 4 hak dasar yang dikemukakan oleh John F. Kennedy (1962) yaitu :
1. Hak mendapatkan perlindungan keamanan
2.Hak mendapat informasi
3. Hak memilih
4. Hak mendengar
Beberapa hak pasien yang dibahas disini adalah :
1.Hak memberikan consent (persetujuan)
Consent mengandung arti suatru tindakan atau aksi beralasan yang diberikan tanpa paksaan oleh seseorang yang memiliki pemgetahuan yang cukup tentang keputusan yang ia berikan, dimana secara hukum orang tersebut secara hukum mampu memberikan consent. Consent diterapkan pada prinsip bahwa setiap manusia dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang harus dilakukan terhadapnya. Kriteria consent yang sah :
a. Tertulis
b.Ditandatangani oleh pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadapnya
c.Hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan
d.Memenuhi beberapa elemen penting : penjelasan kondisi, prosedur dan konsekuensinya, penanganan atau prosedur alternative, manfaat yang diharapkan, Tawaran diberikan oleh pasien dewasa yang secara fisik dan mental mampu membuat keputusan
2. Hak untuk memilih mati
Keputusan tentang kematian dibuat berdasarkan standar medis oleh dokter, salah satu kriteria kematian adalah mati otak atau brain death. Hak untuk memilih mati sering bertolak belakang dengan hak untuk tetap mempertahankan hidup.
Permasalahan muncul pada saat pasien dalam keadaan kritis dan tidak mamapu membuat keputusan sendiri tentang hidup dan matinya misal dalam keadaan koma. Dalam situasi inipasien hanya mampu mempertahankan hidup jika dibantu dengan pemasangan peralatan mekanik.
3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya
Yang dimaksudkan dengan golongan orang yang tidakberdaya disini adalah orang dengan gangguan mental dan anak-anak dibawah umur serta remaja dimana secara hukum mereka tidak dapat membuat keputusan tentang nasibnya sendiri, serta golongan usia lanjut yang sudah mengalami gangguan pola berpikir maupun kelemahan fisik.
4. Hak pasien dalam penelitian
Penelitian sering dilakukan dengan melibatkan pasien. Setiap penelitian misalnya penggunaan obat atau cara penanganan baru yang melibakan pasien harus memperhatikan aspek hak pasien. Sebelum pasien terlibat, kepada mereka harus diberikan informasi secara jelas tentang percobaan yang dilakukan, bahaya yang timbul dan kebebasan pasien untuk menolak atau menerima untuk berpartisipasi. Apabila perawat berpartisipasi dalam penelitian yang melibatkan pasien, maka perawat harus yakin bahwa hak pasien tidak dilanggar baik secara etik maupun hukum. Untuk itu perawat harus memahami hak-hak pasien : membuat keputusan sendiri untuk berpartisipasi, mendapat informasi yang lengkap, menghentikan partisipasi tanpa sangsi, mendapat privasi, bebas dari bahaya atau resiko cidera, percakapan tentang sumber-sumber pribadi dan hak terhindar dari pelayanan orang yang tidak kompeten.
Hak-hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan keperawatan (Annas dan Healey, 1974), terdiri dari 4 katagori yanitu :
1.Hak kebenaran secara menyeluruh
2. Hak privasi dan martabat pribadi (kerahasiaan dan keamanannya)
3.Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri sehubungan dengan kesehatan
4.Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah dirawat di rumah sakit
PERNYATAAN HAK-HAK PASIEN
Pernyataan hak-hak pasien (Patient;s Bill of Rights) dikeluarkan oleh The American Hospital Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemahaman hak-hak pasien yang akan dirawat di RS.
1.Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan keperawatan/keperawatan yang akan diterimanya.
2.Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya berkaitan dengan diagnosis, pengobatan dan prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang dihadapinya.
3.Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan tentang dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan akan dialaminya, kecuali dalam situasi darurat.
4.Pasien berhak untuk menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan diinformasikan tentang konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.
5.Pasien berhak mengetahui setiap pertimbangan dari privasinya yang menyangkut program asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan
6.Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan kesehatan yang diberikan kepadanya.
7.Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih lengkap dan memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut, dan RS yang ditunjuk dapat menerimanya.
8.Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi lain, seperti instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya.
9. Pasein berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya.
10.Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari dokternya ke dokter lainnya, bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.
11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang diperlukan untuk asuhan keehatannya.
12.Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya sebagai pasien dirawat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hak pasien :
1. Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan lebih besarnya partisipasi mereka dalam perencanaan asuhan
2. Meningkatnya jumlah malpraktik yang terjadi dimasyarakat
3. Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak-hak asasi pasien
4. Konsumen menyadari tentang peningkatan jumlah pendidikan dalam bidang kesehatan dan penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan pendidikan dan bila pasien tidak berpartisipai apakah akan mempengaruhi mutu asuhan kesehatan atau tidak.
Kewajiban Pasien :
Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan, agar dapat dipertanggungjawabkan sesuai sesuai dengan haknya.
1. Pasien atau keluarganya wajib menaati segala peraturan dan tata tertib yang ada diinstitusi kesehatan dan keperawatan yang memberikan pelayanan kepadanya.
2. Pasien wajib mematuhi segala kebijakan yanga da, baik dari dokter ataupun perawat yang memberikan asuhan.
3. Pasien atau keluarga wajib untuk memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter atau perawat yang merawatnya.
4.Pasien atau keluarga yang bertanggungjawab terhadapnya berkewajiban untuk menyelesaikan biaya pengobatan, perawatan dan pemeriksaan yang diperlukan selama perawatan.
5. Pasien atau keluarga wajib untuk memenuhi segala sesuatu yang diperlukan sesuai dengan perjanjian atau kesepakatan yang telah disetujuinya.
Hak – Hak Perawat
Sebagai tenaga profesional perawat mempunyai berbagai macam hak, seperti yang telah disebutkan dalam UU Kes. No. 23 tahun 1992 pasal 50 tentang pelaksanaan tugas tenaga kesehatan dan pasal 53 (ayat 1) tentang perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan, maka pengaturan hak dan kewajiban perawat dapat dijabarkan dari pasal-pasal ini.
Berikut ini akan dibahas beberapa hak-hak umum yang dimiliki perawat :
1.Hak perlindungan wanita
Jumlah perawat wanita sampai saat ini masih lebih banyak dari pada pria. Secara nasional hak dan peran wanita telah mendapat perhatian dari pemerintah seperti tercantum dalam GBHN (1980 telah disebutkan kedudukan wanita sebagai subjek pembangunan “ ………………. wanita merupakan mitra sejajar yang mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan kaum pria serta mempunyai peran sangat penting ……………….. “ Kemudian dalam Pelita V dikatakan: ……….. wanita mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria disegala bidang kehidupan ……………
Jadi keikutsertaan perawat dan sekaligus sebagian sebagai wanita dalam pembangunan kesehatan diakui cukup banyak tidak diragukan.
2. Hak berserikat dan berkumpul
Ini merupakan hak setiap warga negara seperti yang tertuang dalam UUD 1945. Hak perawat ini telah diwujudkan dengan terbentuknya organisasi profesi dengan menjadi anggota dan juga mengambil peran dalam aksi politik untuk mewakili keperawatan atau masyarakt sebagai penerima layanan kesehatan.
3. Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
Hak ini berkaitan dengan tugas atau tanggung jawab yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktik keperawatan. Dalam setiap pembuatan keputusan yang menyangkut nasib perawat, maka para perawat harus dilibatkan secara aktif sehingga pelanggaran hak tidak terjadi.
4.Hak mendapat upah yang layak
Perawat mempunyai hak untuk mendapat penghargaan secara ekonomi atau upah kerja. Penghargaan ini dapat berupa gaji bulanan, tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, asuransi kesehatan, termasuk biaya bila sakit, melahirkan atau kecelakaan, upah hari libur, kenaikan gaji berkala dan jaminan pensiun.
Untuk menjalankan tugas keperawatan yang penuh resiko, perawat harus tetap mejaga kesehatannya sendiri, meningkatkan ilmu dan ketrampilan, mempunyai tempat tinggal yang layak yang semuanya membutuhkan biaya. Untuk itu upah yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan dan seimbang dengan tanggung jawabnya
5. Hak bekerja dilingkungan yang baik
Maksudnya lingkungan tersebut cukup aman, tidak mengancam keselamatan dan kesehatan fisik maupun mental. Lingkungan juga hatus mempunyai sarana dan peralatan yang memadai untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat berhak untukbekerja sesuai jam kerja yang tepat dan tidak bekerja secara terus menerus tanpa memperhatikan istirahat atau melebihi jam kerja.
6. Hak terhadap pengembangan profesional
Dengan mengikuti pendidikan formal maupun kegiatan ilmiah seperti temu kerja, konferensi, seminar atau berbagai kursus singkat. Pendidikan berkelanjutan penting diikuti perawat agar mereka dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
7. Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan
Standar yang baik akan membantu dalam mewujudkan sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas. Perawat juga mempunyai hak untuk menyusun rancangan hukum yang diajukan untuk melindungi perawat dan penerima jasa keperawatan.
Kewajiban perawat :
1. Mematuhi semua peraturan institusi yang bersangkutan
2. Memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaannya
3.Menghormati hak-hak pasien
4. Merujuk pasien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak dapat mengatasinya
5. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk berhubungan dengan keluarganya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan dan standar profesi yang ada
6. Memberikan kesempatan pada apsien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agamanya sepanjang tidak menganggu pasien lain
7. Berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada pasien
8.Memberikan informasi yang akurat tentang tindakana keperawatan yang diberikan pada pasien dan keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya
9. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan pasien
10.Membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan
11. Mengikuti perkembangan IPTEK keperawatan atau kesehatan secara terus menerus
12.Melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya
13.Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak yang berwenang
14. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat bekerja
KONTRAK
Dalam setiap bentuk kerjasama dibutuhkan kontrak. 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan adalah :
1. Kontrak antara perawat dengan pihak/ institusi yang mengerjakan perawat
2. Kontrak antara perawat dengan pasien
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua atau lebih partai untuk mengerjakan atau tidak sesuatu. Kontrak dapat secara lisan atau tertulis. Kontrak secara hukum tidak berlaku apabila tidak dapat dipahami. Pada umumnya kontrak ditandatangani oleh dua pihak yang mengadakan perjanjian.
Perikatan/perjanjian dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat :
1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (consensus)
2. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity)
3. Ada suatu hal tertentu dan ada suatu sebab yang halal
Sebelum menerima atau diterima bekerja disuatu tempat, perawat mempelajari dan menyetujui kontrak bila kedua belah pihak setuju. Kontrak perjanjian ini dapat meliputi berbagai hal misalnya gaji, jam kerja, liburan, asuransi kesehatan, ijin cuti dan lain-lain.
Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum asuhan keperawatan diberikan. Perawat seringkali tidak melaksankan hal ini sehingga dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sering terjadi hal-hal yang tidak diiginkan kedua belah pihak.
Kontrak pada dasarnya dapat dipakai untuk melindungi hak-hak antara kedua belah pihak yang bekerja sama. Secara hukum antara kedua pihak dapat menggugat apabila rekanan kerjanya melanggar kontrak yang disepakati bersama.
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERAWAT DALAM PRAKTEK
Dalam tatanan klinis pada dasarnya ada 2 jenis tindakan yang dilakukan oleh perawat yaitu tindakan yang dilakukan berdasarkan pesanan dokter dan tindakan yang dilakukan secara mandiri. Tindakan yang berdasarkan pesanan dokter tidak dapat sepenuhnya secara hukum dibebankan kepada perawat sedangkan tindakan mandiri sepenuhnya dapat dibebankan pada perawat.
1. Menjalankan pesanan dokter dalam hal medis
Becker (1983) mengemukakan 4 hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka secara hukum :
a. Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter
Jika pasien yang telah menerima injeksi im memberitahu perawat bahwa dokter telah mengganti pesanan dari obat injeksi ke obat oral, maka perawat harus memeriksa kembali pesanan sebelum meberikan obat.
b. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
Perawat bertanggung jawab untuk memberitahu dokter tentang setiap perubahan kondisi pasien. Misalnya bila seorang pasien yang menerima infus intravena tiba-tiba mengalami peningkatan kecepatan denyut nadi, nyeri dada dan batuk, perawat harus segera memberitahu dokter dan menanyakan kelanjutan pengaturan kecepatan tetesan infus.
c. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan komunikasi.
Catat waktu/jam, tanggal, nama dokter, pesanan, keadaan yang harus diberitahukan dokter, baca kembali pesanan kepada dokter dan cata bahwa dokter telah menyepakati pesanannya seaktu diberikan.
d. Tanyakan pesanan, terutama bila perawat tidak pengalaman.
Hal ini memberikan tambahan tanggung jawab perawat dalam melatih diri membuat keputusan sewaktu melaksanakannya. Bagi perawat yang merasa tidak berpengalaman harus minta petunjuk baik dari perawat senior maupun dokter.
2. Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri
a. Ketahui pembagian tugas mereka. Ini memudahkan perawat untuk berfungsi sesuai dengan tugas dan tahu apa yang diharapkan dan tidak diharapkan.
b. Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
c.Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan intervensi utama.
d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu dan pasien yang benar.
e.Lakukan setiap prosedur secara tepat.
f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan cepat dan akurat.
g. Catat semua kecelakaan yang mengenai pasien. Catatan segera memudahkan untuk tetap melindungi kesejahteraan pasien, menganalisa mengapa kecelakaan terjadi dan mencegah pengulangan kembali.
h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan pasien.
i.Pertahankan kompetisi praktek keperawatan. Dengan tetap belajar, termasuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan klinis perkembangan jaman.
j. Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat.
k. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawa keperawatan, pastikan orang yang diberi delegasi tugas mengetahui apa yang harus dikerjakan dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan.
l. Selalu wapada saat melakukan intervensi keperawatan dan perhatikan secara penuh setiap tugas yang dilaksanakan.
TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT PERAWAT
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas-tugas yangberhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Pada saat memberikan obat perawat bertanggung jawab untuk mengkaji kebutuhan pasien akan obat tersebut, memberikannya dengan aman dan benar dan mengevaluai respons pasien terhadap obat tersebut. Perawat yang selalu bertanggung jawab dalam bertindak akan mendapatkan kepercayaan dari pasien karena melaksanakan tugas berdasarkan kode etiknya.
Tanggung jawab perawat secara umum :
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya.
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan memberi informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang yang tepat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) ialah mempertanggungjawabkan prilaku dan hasil-hasilnya yang termasuk dalam lingkup peran profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan periodik secara tertulis tentang prilku tersebut dan hasil-hasilnya. Perawat bertanggunggugat terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan mayarakat. Jika seorang perawat memberikan dosis obat yang salah kepada pasien, maka ia dapat digugat oleh pasien yang menerima obat tersebut, dokter yang memberikan instruksi, pembuat standar kerja dan masyarakat. Agar dapat bertanggung gugat perawat harus bertindak berdasarkan kode etik profesinya. Akuntabilitas dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas perawat dalam melakukan praktek. Akuntabilitas bertujuan untuk :
1. Mengevaluasi praktisi-praktisi profesional baru dan mengkaji ulang praktisi-prakstisi yang sudah ada.
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari profeional perawatan kesehatan
4.Memberi dasar untukmebuat keputusan etis.
TANGGUNG GUGAT PADA SETIAP TAHAP PROSES KEPERAWATAN
1. Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai tujuan mengumpulkan data.
Perawat bertanggunggugat untuk pengumpulan data/informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan. Pada saat mengkaji perawatbertanggung gugat untuk kesenjangan-kesenjangan dalam data atau data yang bertentangan, data yang tidak/kurang tepat atau data yang meragukan.
2. Tahap diagnosa keperawatan
DX merupakan keputusan profesional perawat menganalisa data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan baik aktual atau potensial.
Perawat bertanggunggugat untuk keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah kesehatan pasien seperti peryataan diagnostik. Masalah kesehatan yang timbul pada apsien apakah diakui oleh pasien atau hanya perawat. Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan kebiasan/kebudayan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah kesehatan. Pada waktu membuat keputusan para perawat bertanggung gugat untukmempertimbangkan latar belakang sosial budaya pasien.
3. Tahap perencanaan
Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan keperawatan.
Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi : penentuan prioritas, penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatn. Langkah ini semua disatukan kedalam rencana keperawatan tertulis yang tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan keperawatan pasien. Pada tahap ini perawat juga bertanggunggugat untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertibangkan dalam menetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap implementasi
Implementasikeperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan dalambentuk tindakan-tindakan keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerjasama dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain. Meskipun perawat mendelegasikan suatu kegiatan kepada oranglain, perawat tersebut harus masih tetap bertanggung gugat untuk tindakan yang didelegasikan dan tindakan pendelegasiannya itu sendiri. Perawat harus dapat memberi jawaban nalar tentang mengapa kegiatan tersebut didelegasikan, mengapa orang itu yang dipilih untuk melakkan kegiatan tersebut dan bagaimana tindakan yang didelegasikan itu dilaksanakan. Kegiatan keperawatan harus dicata setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.
5. Tahap evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan. Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah dan mengapa ?



Hak-Hak Pasien
Last Updated on Tuesday, 13 April o 12:44 Written by eka-kusmawan Sunday, 31 January o 10:54
Dalam perkembangan dunia informasi yang begitu pesat ini membuat banyak orang mulai terbuka wawasan dan dengan makin membaiknya tingkat sosial ekonomi membuat pula dampak pada kebutuhan yang makin meningkat terhadap kwalitas layanan penyedia jasa baik secara personal maupun kelompok atau institusi, termasuk dokter dan rumah sakit sebagai andalan penyedia jasa di bidang medis. Ketidaksesuaian antara imbalan yang harus dikelurkan pasien terhadap layanan yang diterima, sangat potensi untuk menimbulkan suatu tuntutan sebagai cetusan rasa tidak puas. Namun demikian tidak semua orang sesungguhnya mengetahui atau setidaknya mengerti akan hak-hak yang mestinya mereka dapatkan ketika sedang menerima penanganan dari petugas medis di tempat tempat pelayaan kesehatan, seperti tempat praktek, klinik, rumah sakit dan yang lainnya. Padahal masalah  ini sudah dituangkan dalam bentuk tertulis melalui undang-undang, peraturan serta himbauan. Apa saja hak-hak pasien tersebut?
Jelas tercantuk pada Undang Undang no.29 tahun 2004 tentang  Praktik Kedokteran pada Bab VII pasal 53 tertulis bahwa pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:
mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 45 ayat (3), meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain, mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis, menolak tindakan dan mendapatkan isi rekaman medis.
Dalam peraturan itu setidaknya ada 5 hal yang bisa dijelaskan lebih jauh.
Mendapat penjelasan secara lengkap dimaksudkan adalah penjelasan yang minimal menerangkan tentang diagnoa penyakit pasien, tata cara tindakan medis beserta resiko yang mungkin ditimbulkannya, alternatif lain selain harus menjalani suatu tindakan tertentu, komplikasi yang bisa terjadi terhadap suatu tindakan medis dan prognosis atau kemungkinan sembuh yang bisa dijanjikan.
Meminta pendapat dari dokter lainnya.  Merupakan salah satu bentuk kebebasan pasien untuk mencari pendapat dari satu atau lebih pihak dokter yang lain terhadap kasus yang sama, sehingga didapatkan gambaran yang lebih jelas sebelum pihak pasien memutuskan untuk menyetujui atau menolak suatu tindakan medis yang telah diinformasikan sebelumnya.
Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal proses mendapatkan diagnosa yang lebih pasti akan membutuhkan beberapa pemeriksaan penunjang, begitu pula dalam hal penanggulangan terhadap penyakit yang telah diperoleh, sangat mungkin memerlukan beberapa obat termasuk barangkali memerlukan tindakan medis yang memanupulasi tubuh. Tentu saja jenis pemeriksaan  dan pegobatan yang diberikan haruslah berdarsarkan standard yang ada (sesuai indikasi) tidak berlebihan demi kepentingan sepihak yang dapat merugikan pasien.
Menolak tindakan medis, dijamin oleh undang-undang. Jadi tidak perlu merasa melanggar aturan atau  membangkang terhadap saran dokter jika pasien atau keluarga memang menilai bahwa tindakan yang akan dikerjakan nantinya bisa memberatkan atau merugikan si penderita dan keluarga. Dan biasanya untuk memastikan sikap ini pasien atau keluarga diwajibkan juga untuk menandatangani surat penolakan tindakan medis.
Mendapatkan isi rekaman medis.  Hal ini dibutuhkan pasien bukan semata-mata sebagai koleksi arsip pribadi, namun yang lebih penting dari itu adalah sebagai bahan informasi kesehatan pasien ketika pasien tersebut dirujuk ke dokter atau tempat pelayanan kesehatan yang lain atau ketika pasein atas kemauannya sendiri berpindah dokter atau rumah sakit. Yang termasuk dalam rekam medik adalah catatan medis pasien yang dibuat oleh dokter, menyangkut catatan perkembangan klinis, therapy, hasil laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya. Untuk meringkas catatan ini, biasanya dibuatkan lembar yang lebih singkat yang disebut Resume Medis.



HAK-HAK PASIEN, belajar dari PRITA



Top of Form
User Rating: / 0
PoorBest 
Bottom of Form
Written by Dr. Brotosari   
Sunday, 21 February 2010 20:49
 
Kata Emas.
Kadang-kadang memenangkan suatu pertarungan berakibat lebih buruk daripada jika anda kalah.
Billie Holiday
Sebenarnya soal “hak-hak pasien” sudah sering kita dengar, bukan saja hak-hak sebagai pasien, tapi hak-hak sebagai konsumen juga bikin puyeng dan sakit hati kalau dibicarakan.
Saya baru beli TV umur 3 hari tapi sudah tidak bisa dinyalakan, setelah saya komplain…..akhirnya tetep saja harus keluar uang dan akhirnya TV rusak sama sekali. Beli “handphone” merek terkenal, eh baru 2 bulan sudah “turun mesin”. Memang sampai beres tidak keluar uang, tapi kan nomor serinya jadi berbeda. Dan jadi jatuh harganya waktu saya jual. Beli mesin cuci juga merek terkenal, umur 3 bulan mogok, waktu dibetulkan ternyata ada beberapa peralatan yang perlu diganti. Memang “service” tidak bayar , tapi masak onderdil mesin cuci merek terkenal cuma kuat 3 bulan sih, musti bayar lagi untuk onderdil ini?.  Sebenarnya kan logikanya barang-barang itu seharusnya termasuk yang “cacat pabrik” dan mustinya tidak dijual?. Tapi kalau kita mau urus masalah ini…selain ngabisin waktu, yang lebih njengkelin lagi adalah bikin sakit hati.
 
Tapi pada dasarnya hak-hak pasien dapat dibagi dalam beberapa hal berikut ini:
1.     1.  Pasien berhak merasa nyaman selama dalam lingkup rumah sakit.
Mulai dari loket pendaftaran yang harus antri, disini sering pasien atau keluarga gerah karena masalah menunggu, antri, belum lagi menghadapi petugas di loket?.  Kemudian stres lagi menunggu dokter datang?.  Iya kalau bisa ketemu dokter?. Banyak lo pasien yang sudah di-operasi tapi tidak pernah kenal dan lihat dokternya…nah?. Belum lagi melihat suasana di UGD yang “mengerikan” buat awam?. Kalau dirawat juga harus menghadapi dokter dan perawat yang tidak ramah?.  Dan terakhir waktu membayar di kasir harus deg-degan menunggu petugas menghitung biaya berobat….jangan-jangan duit gak cukup?. Saya sering menunggu di kasir bengkel, kasir  “mall” dll sambil deg-deg plas takut duit di dompet gak cukup. Rasanya gak enak banget, apalagi pasien-pasien yang “terpaksa sakit” dan terpaksa keluar uang?.
 
2.      2. Pasien harus mengerti tentang penyakitnya.
Masyarakat pada umumnya tidak mengerti tentang “penyakit”, parahnya lagi masyarakat kita belum terbiasa untuk membaca tentang penyakitnya, padahal sarana untuk itu sudah ada. Sebenarnya budaya untuk membaca ini sangat menolong untuk pasien dan juga nanti waktu berdiskusi dengan dokter jadi mudah.  “Gap” komunikasi ini sangat sulit diatasi. Disini tugasnya dokter(bisa dibantu paramedis) untuk menerangkan pada pasien dan atau keluarga sampai mereka mengerti.  Ini tidak mudah buat dokter apalagi buat pasien dan keluarga. Saya pernah kerja di RS.Pulomas Jakarta yang pasiennya banyak orang Korea dan juga pernah di RS.Bontang Kalimantan yang banyak bulenya, mereka selalu sudah mencari info tentang penyakitnya, sehingga diskusi jadi mudah. Ini penting…karena jika pasien mengerti tentang penyakit membuat kerjasama dokter dan pasien mudah untuk menuju kesembuhan.
 
3.      3. Pasien harus mengerti tentang pemeriksaan yang dilakukan terhadap dirinya.
Kalau saya bawa mobil ke bengkel dan tahu-tahu mereka membongkar mobil saya tanpa menerangkan apa-apa pada saya….sudah pasti mekanik-mekanik itu saya “iris tipis-tipis”…hehe, la wong dokter bedah dilawan?. Begitu juga untuk pemeriksaan terhadap tubuh pasien, pemeriksaan darah, urin dan kotoran, pemeriksaan radiologi, atau pengambilan contoh jaringan tubuh.
Contohnya yang lagi heboh masalah mbak Prita kan?. Salah satu keluhan Prita adalah mengenai pemeriksaan laboratorium darah, yaitu pemeriksaan trombosit untuk mendukung dugaan demam berdarah.  Waktu dokter mulai menanyai riwayat keluhan panas dsb, sampai pemeriksaan fisik…..dokter sudah bisa mulai menerangkan kepada pasien…..bahwa berdasarkan anamnesa(tanya-jawab) sampai pemeriksaan fisik…..diduga mbak Prita menderita demam berdarah(artikel tentang demam kok berdarah di bagian lain). Untuk mengecek kebenaran dugaan dokter kemudian dilakukan pemeriksaan darah. Hasil pemeriksaan kemudian diterangkan pada mbak Prita, disitu bisa ditunjukkan level kadar trombosit yang normal, karena di lembar pemeriksaan akan tertera kadar normalnya. Ini hak pasien, bahkan pasien seharusnya diberikan copy-an lembaran pemeriksaan sebagai dokumen pribadi tentang riwayat penyakit dalam hidupnya.
 
4.      4. Pasien harus mengerti dan setuju tentang pengobatan dan tindakan terhadap dirinya, baru dokter boleh bertindak.
Tapi kalau ceritanya begini menurut anda bagaimana?. Once upon a time…ada seorang pasien yang sedang berobat….kemudian dokternya mengatakan akan memberi suntikan….nah kemudian si pasien tanpa ba-bi-bu lagi dan gak bilang setuju juga….tapi langsung memelorotkan celananya dan langsung “nungging”…alias pasrah untuk disuntik. La yang begini ini termasuk setuju kan ya… biarpun dia gak ngomong setuju?.
Tapi banyak juga cerita pasien dimana pasien masih bingung dengan perlakuan yang diterimanya baik itu untuk pemeriksaan sampai tindakan operasi…dan kesan yang saya tangkap…mereka ini berada pada posisi dimana mereka tidak punya pilihan sehingga terpaksa menerima saja apapun yang akan dokter lakukan terhadap dirinya.
Selama ini saya mengambil sikap begini, karena posisi dan pengetahuannya, bagaimanapun dokter berkewajiban untuk membuat pasiennya mengerti tentang penyakitnya, tindakan dan segala konsekuensinya. Juga membantu pasien untuk bisa mengerti dan mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri atau keluarganya.
 
5.      5. Jika intervensi  medis sudah tidak bisa diharapkan karena kondisi penyakit sudah parah, pasien dan keluarga harus mendapat penjelasan.
Masalahnya memang dokter tidak boleh memberi harapan kosong, memang caranya harus “smooth” dan bijak. Disini harus hati-hati kepada siapa dokter harus menerangkan kondisi penyakit penderita yang sudah parah. Kalau saya selalu mulai dari keluarga dulu dan saya selalu mulai dengan pertanyaan… “saya lebih suka bicara yang sesungguhnya…apakah hal ini bisa diterima ?”.  Jika keluarga setuju baru kemudian saya bicara pada pasien, bahkan pada kebanyakan kasus…..keluarga justru minta tolong saya untuk bicara pada penderita.
 
Saya pernah mengikuti seminar tentang mal-praktek, waktu itu bos-nya  dari Lembaga Konsumen mengatakan bahwa keluhan dari pasien terhadap dokter hampir 90 persen adalah masalah komunikasi, dokter tidak cukup bahkan tidak mengkomunikasikan tentang penyakit, obat-obatan dan tindakan yang akan dilakukan.
Kalau sudah begini, ingatan saya langsung pada masalah “pelayanan” di semua bidang dimana selalu saja masalah antara “konsumen” dan “pemberi jasa” banyak kusutnya dan ujung-ujungnya adalah masalah “komunikasi” ini. Atau memang kita perlu menambahkan mata pelajaran baru sejak sekolah dasar tentang komunikasi?. Karena memang seperti yang kita-kita semua sering alami dimanapun, kenapa ya kalau pelayanan itu menyangkut masalah komunikasi, di negeri ini kok banyak sekali masalahnya ya?. Apa memang bangsa kita tidak pintar berkomunikasi? Padahal problem komunikasi itu sebenarnya menunjukkan kita “smart” atau tidak lo…..waduh?, dan juga menunjukkan “karakter “ kita….ampun?. Jadi siapa yang salah?. Masak sih ini ….sisa-sisa mental jelek akibat penjajahan….nah?.








HAK PASIEN ANTARA LAIN :
Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS dan mendapat pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu
Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai dgn peraturan yang berlaku di RS
Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap penyakitnya
“Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik, alternative terapi lain, prognosa penyakit dan biaya.
Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat
Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter
Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)





sekedar mengikuti kata hati
Home
DAFTAR RUMAH SAKIT
RUANG TAMU
Apa Hak Pasien?
October 3, 2007
tags: Pasien, Rumah Sakit
by masarie
Pasien dan keluarganya berada dalam posisi yang lemah tak berdaya. Jika ada pilihan, rasanya lebih memilih tersesat di hutan daripada di rumah sakit. Pasien harus segera ditolong sementara petugas rumah sakit sangat lambat dalam melayani. Dalam kebingungan harus bagaimana bersikap, kepada siapa harus bertanya, seperti apa prosedurnya, maka pasien dan keluarga biasanya mengikuti saja apa yang dikatakan dokter, perawat atau pihak rumah sakit. Yang penting pasien cepat mendapat pertolongan, sembuh dan pulang. Begitu pikirnya!
Seperti halnya hubungan atau kerjasama dua belah pihak, setiap pihak mempunyai hak yang harus diterima dan kewajiban yang mesti ditunaikan. Dari beberapa sumber, dapat disampaikan hak-hak pasien sebagai berikut :
1.memperoleh pelayanan yang manusiawi dan tanpa diskrimasi;
2.memperoleh pelayanan medis dan keperawatan sesuai standar;
3.hak memilih dokter dan kelas perawatan;
4.meminta konsultasi kepada dokter lain (second opinion);
5.hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita;
6.memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan kedokteran setelah terlebih dahulu memperoleh informasi jelas dan benar mengenai penyakit dan tindakan yang akan dilakukan;
7.dalam keadaan kritis mempunyai hak didampingi keluarganya;
8.memperoleh perlindungan hukum dan menggugat rumah sakit jika dirugikan;
9.hak menerima atau menolak bimbingan rohani;
10.keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan.
11.mendapat informasi mengenai :
tata tertib dan peraturan rumah sakit;
perkiraan biaya pengobatan;
diagnosis dan tatacara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan;
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan;

Senin, 30 Agustus 2010

PERILAKU ABNORMAL

BAB I
PENDAHULUAN

Abnormalitas dilihat dari sudut pandang biologis berawal dari pendapat bahwa patologi otak merupakan faktor penyebab tingkah laku abnormal. Pandangan ini ditunjang lebih kuat dengan perkembangan di abad ke-19 khususnya pada bidang anatomi faal, neurologi, kimia dan kedokteran umum.
Berbagai penyakit neurologis saat ini telah dipahami sebagai terganggunya fungsi otak akibat pengaruh fisik atau kimiawi dan seringkali melibatkan segi psikologis atau tingkah laku.Akan tetapi kita harus perhatikan bahwa kerusakan neurologis tidak selalu memunculkan tingkah laku abnormal, dengan kata lain tidak selalu jelas bagaimana kerusakan ini dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Fungsi otak yang kuat bergantung pada efisiensi sel saraf atau neuron untuk mentransmisikan suatu pesan melalui synaps ke neuron berikutnya dengan menggunakan zat kimia yang disebut neurotransmiter. Dengan ketidakseimbangan bio kimia otak inilah yang mendasari perspektif biologis munculnya tingkah laku abnormal. Akan tetapi selain dari patologi otak sudut pandang biologis juga memandang bahwa beberapa tingkah laku abnormal ditentukan oleh gen yang diturunkan.

BAB II
ISI

PERILAKU ABNORMAL

1.PENGERTIAN PERILAKU ABNORMAL

Perilaku abnormal adalah kekalutan mental & melampaui titik kepatahan mental = dikenal sebagai nervous breakdown. (get mental breakdown). Sepanjang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk, dalam beberapa hal, oleh pandangan dunia waktu itu. Contohnya, masyarakat purba menghubungkan perilaku abnormal dengan kekuatan supranatural atau yang bersifat ketuhanan. Para arkeolog telah menemukan kerangka manusia dari Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada tengkoraknya. Satu interpretasi yang muncul adalah bahwa nenek moyang kita percaya bahwa perilaku abnormal merefleksikan serbuan/invasi dari roh-roh jahat. Mungkin mereka menggunakan cara kasar yang disebut trephination--menciptakan sebuah jalur bagi jalan keluarnya roh tertentu.
Pada abad pertengahan kepercayaan tersebut makin meningkat pengaruhnya dan pada akhirnya mendominasi pemikiran di zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis. Rupanya, hal seperti ini masih dapat dijumpai di negara kita, khususnya di daerah pedalaman. Pernah saya melihat di tayangan televisi yang mengisahkan tentang seorang ibu dirantai kakinya karena dianggap gila. Oleh karena keluarga meyakini bahwa sang ibu didiami oleh roh jahat, maka mereka membawa ibu ini pada seorang tokoh agama di desanya.

Dia diberi minum air putih yang sudah didoakan. Mungkin inilah gambaran situasi pada abad pertengahan berkaitan dengan penyebab perilaku abnormal.
Lalu apa yang dilakukan waktu itu? Pada abad pertengahan, para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Mereka melakukan pengusiran roh jahat (exorcism) dengan cara, misalnya: berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib, memukul, mencambuk, dan bahkan membuat korban menjadi kelaparan. Apabila korban masih menunjukkan perilaku abnormal, maka ada pengobatan yang lebih kuat, seperti penyiksaan dengan peralatan tertentu.

Keyakinan-keyakinan dalam hal kerasukan roh jahat tetap bertahan hingga bangkitnya ilmu pengetahuan alam pada akhir abad ke 17 dan 18. Masyarakat secara luas mulai berpaling pada nalar dan ilmu pengetahuan sebagai cara untuk menjelaskan fenomena alam dan perilaku manusia. Akhirnya, model-model perilaku abnormal juga mulai bermunculan, meliputi model-model yang mewakili perspektif biologis, psikologis, sosiokultural, dan biopsikososial. Di bawah ini adalah penjelasan-penjelasan singkatnya

Perspektif biologis: Seorang dokter Jerman, Wilhelm Griesinger (1817-1868) menyatakan bahwa perilaku abnormal berakar pada penyakit di otak. Pandangan ini cukup memengaruhi dokter Jerman lainnya, seperti Emil Kraepelin (1856-1926) yang menulis buku teks penting dalam bidang psikiatri pada tahun 1883. Ia meyakini bahwa gangguan mental berhubungan dengan penyakit fisik. Memang tidak semua orang yang mengadopsi model medis ini meyakini bahwa setiap pola perilaku abnormal merupakan hasil dari kerusakan biologis, namun mereka mempertahankan keyakinan bahwa pola perilaku abnormal tersebut dapat dihubungkan dengan penyakit fisik karena ciri-cirinya dapat dikonseptualisasikan sebagai simtom-simtom dari gangguan yang mendasarinya.

Perspektif psikologis:
Sigmund Freud, seorang dokter muda Austria (1856-1939) berpikir bahwa penyebab perilaku abnormal terletak pada interaksi antara kekuatan-kekuatan di dalam pikiran bawah sadar. Model yang dikenal sebagai model psikodinamika ini merupakan model psikologis utama yang pertama membahas mengenai perilaku abnormal.


Perspektif sosiokultural:
Pandangan ini meyakini bahwa kita harus mempertimbangkan konteks-konteks sosial yang lebih luas di mana suatu perilaku muncul untuk memahami akar dari perilaku abnormal. Penyebab perilaku abnormal dapat ditemukan pada kegagalan masyarakat dan bukan pada kegagalan orangnya. Masalah-masalah psikologis bisa jadi berakar pada penyakit sosial masyarakat, seperti kemiskinan, perpecahan sosial, diskriminasi ras, gender,gayahidup,dansebagainya.

Perspektif biopsikososial: Pandangan ini meyakini bahwa perilaku abnormal terlalu kompleks untuk dapat dipahami hanya dari salah satu model atau perspektif. Mereka mendukung pandangan bahwa perilaku abnormal dapat dipahami dengan paling baik bila memperhitungkan interaksi antara berbagai macam penyebab yang mewakili bidang biologis, psikologis, dan sosiokultural.

Dahulu
: dianggap PL patologis, tidak bermoral, jahat, menggunakan sihir, guna2
-- harus dimusnahkan : diisolasi, dirantai, disiksa, dibakar, dibunuh

Sekarang
: dianggap sebagai gangguan mental / kekacauan emosional
- penderita harus diobati, ditolong, (tidak disiksa) --- lebih manusiawi

2. MODEL PERILAKU ABNORMAL
Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan, gambaran, bentuk dan sebagainya dapat dilihat melalui :
Model perilaku abnormal adalah penggambaran gejala dalam dimensi ruang & waktu mencakup :
• Ide-ide untuk mengidentifikasi gejala patologi
• Sebab-sebab gejala
• Cara mengatasi

a Model demonologis

• Dasar perilaku abnormal adalah kepercayaan pada unsure-unsur mistik, ghaib (kekuatan setan, guna2, sihir).

• Gejala-gejala
Halusinasi, PL aneh, tanda jasmani khusus (warna kulit, pigmen, dsb )dianggap sebagai tanda setan

• Gangguan mental
Bersifat “jahat” -dianggap berbahaya, bisa merugikan / membunuh orang

• Cara mengatasi
a.Zaman batu
- Tengkorak dibor (dibolong), sebagai jalan keluar roh jahat
b.Abad pertengahan
- Disiksa, dibunuh, dimusnahkan, dipenjara, RSJ
c.Perkembangan di gereja
- Pendeta yang mengobati (doa, sembahyang, penebusan dosa)

b Model Naturalistis
• Dasar penyebab :
Proses-proses fisik / jasmani perilaku abnormal selalu berhubungan dengan fungsi- fungsi jasmani yang abnormal (bukan karena gejala spiritual).
Misal :
Hipocrates – Galenus
Perilaku abnormal --- karena gangguan pada sistem humoral (cairan dalam tubuh)
• Cara mengatasi :
Perlakuan terhadap penderita lebih humanistic/manusiawi – lebih lembut, wajar & menghilangkan bentuk siksaan-siksaan.

c Model Organis
• Dasar perilaku abnormal :

Kerusakan pada jaringan syaraf / gangguan biokimia pada otak karena kerusakan genetic, disfungsi endokrin, infeksi, luka2, khususnya pada otak.

d Model Psikologis
• Dasar perilaku abnormal :

Pola-pola yang patologis
-Pendekatan -- Psikoanalisis, Behavioristis, kognitif, humanistic,

3. TIGA KRITERIA PERILAKU ABNORMAL

Dalam pandangan psikologi, untuk menjelaskan apakah seorang individu menunjukkan perilaku abnormal dapat dilihat dari tiga kriteria berikut:
1. Kriteria Statistik
Seorang individu dikatakan berperilaku abnormal apabila menunjukkan karakteristik perilaku yang yang tidak lazim alias menyimpang secara signifikan dari rata-rata, Dilihat dalam kurve distribusi normal (kurve Bell), jika seorang individu yang menunjukkan karakteristik perilaku berada pada wilayah ekstrem kiri (-) maupun kanan (+), melampaui nilai dua simpangan baku, bisa digolongkan ke dalam perilaku abnormal.
• Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
• Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
• Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal tapi jenius.
• Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu dibutuhkan informasi lain sehingga dapat ditentukan apakah perilaku itu normal atau abnormal.

2. Kriteria Norma
Banyak ditentukan oleh norma-norma yng berlaku di masyarakat,ekspektasi kultural tentang benar-salah suatu tindakan, yang bersumber dari ajaran agama maupun kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat , misalkan dalam berpakaian, berbicara, bergaul, dan berbagai kehidupan lainnya. Apabila seorang individu kerapkali menunjukkan perilaku yang melanggar terhadap aturan tak tertulis ini bisa dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal.
• Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal.
• Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.

3. Personal distress

• Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu.
• Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan.
• Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik.
• Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
4.Unexpectedness
• Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.

5.Disability

• Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
• Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual.

Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.

4. PENYEMBUHAN PERILAKU ABNORMAL
Pendekatan biologis dalam penyembuhan perilaku abnormal berpendapat bahwa gangguan mental, seperti penyakit fisik disebabkan oleh disfungsi biokimiawi atau fisiologis otak. Terapi fisiologis dalam upaya penyembuhan perilaku abnormal meliputi kemoterapi, elektrokonvulsif dan prosedur pembedahan.
1.Kemoterapi(Chemotherapy)
Chemotherapy atau Kemoterapi dalam kamus J.P. Chaplin diartikan sebagai penggunaan obat bius dalam penyembuhan gangguan atau penyakit-penyakit mental.Adapun penemuan obat-obat ini dimulai pada awal tahun 1950-an, yaitu ditemukannya obat yang menghilangkan sebagian gejala Schizophrenia.
Beberapa tahun kemudian ditemukan obat yang dapat meredakan depresi dan sejumlah obat-obatan dikembangkan untuk menyembuhkan kecemasan
a. Antianxiety Drugs
Yaitu obat yang dapat menurunkan kecemasan dan termasuk pada golongan yang dinamakan benzodiazepin. Obat-obatan ini sering dikenal dengan transkuiliser (penenang).Transkuiliser ini terdiri dari transkuiliser minor dan transkuiliser mayor.

• Transkuiliser Minor
Obat-obat ini biasanya diberikan pada pasien yang mengeluh cemas atau tegang, walaupun beberapa orang sering menggunakannya sebagai pil tidur. Yang termasuk golongan ini adalah valium, librium, miltown, atarax, serax dan equamil.
Valium dan transkuiliser lainnya digunakan untuk menekan aktivitas sistem saraf pusat, mengurangi aktivitas simpatis, mereduksi kecepatan jantung, kecepatan pernafasan dan perasaan gelisah serta ketegangan.Masalah yang diasosiasikan pada beberapa trankuiliser adalah kecemasan yang mengganjal. Beberapa pasien yang telah menggunakan obat ini secara tidak teratur berakibat pada kecemasannya muncul kembali dan rasa sakitnya bertambah.
• Transkuiliser Mayor
Transkuiliser Mayor dianggap pada bagian yang luas untuk mengurangi bentuk-bentuk kebutuhan yang bervariasi dari pengendalian dan pengawasan. Dalam beberapa kasus dapat mengurangi agitasi, delusi dan halusinasi. Yang termasuk golongan ini thorazine, mellaril, dan stelazine. Transkuiliser Mayor diberikan pada pasienschizophrenia untuk memimpin sebagian besar kehidupannya secara normal dalam komunitas masyarakat, tempat kerjanya, dan mempertahankan kehidupan keluarganya.
b. Anti Depressant
Obat anti depressant sering diberikan pada pasien yang mengalami depresi mayor. Selain itu juga untuk membantu meningkatkan mood individu yang terdepresi. Obat ini lebih memberikan efek pada membangkitkan energi. Obat anti depressant cenderung mengurangi depresi pada aspek fisik. Contohnya, mereka cenderung untuk meningkatkan tingkat aktivitas pasien untuk mengurangi gangguan makan dan tidur.
Orang yang mengalami depresi berat sering mengalami insomnia oleh karena itu pemberian anti depressant harus mempertimbangkan waktu pemberian. Hal ini menjadi pertimbangan manakala beberapa pasien yang berada di rumah sakit selama periode tertentu mempunyai kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
Akan tetapi pemberian obat anti depressant yang berlebihan akan menyebabkan kematian.

c.Antipsychotic
Obat anti psikotik sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi dari satu episode schizophrenia akut serta membantu pemulihan proses berpikir yang rasional.
Obat ini tidak menyembuhkan schizophrenia, akan tetapi membantu pasien agar dapat berfungsi diluar rumah sakit.
Anti psikotik dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan.
Walaupun demikian obat ini memiliki efek samping terhadap mulut menjadi kering, pandangan kabur, konsentrasi berkurang hingga gejala neurologist.
d. Lithium
Bangsa Yunani pertama kali menggunakan metal lithium untuk obat-obatan psycho active. Mereka menentukan kandungan air mineral untuk pasien dengan gangguan bipolar afektif, walaupun demikian mereka belum memahami mengapa hal ini kadang-kadang bisa menghasilkan kesembuhan.
Akibat ini kemungkinan besar dikarenakan air mineral yang mengandung lithium.
Metal lithium dalam bentuk tablet dapat meratakan hasil periode tingkah laku depresif pada tingkat sedang dari persediaan norephinephrin terhadap otak.
2. Electroconvulsive
Terapi elektrokonvulsif (electroconvulsive therapy) dijelaskan oleh psikiater asal Itali Ugo Carletti pada tahun 1939. Pada terapi ini dikenal electroschot therapy, yaitu adanya penggunaan arus listrik kecil yang dialirkan ke otak untuk menghasilkan kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Pada saat ini ECT diberikan pada pasien yang mengalami depresi yang parah dimana pasien tidak merespon pada terapi otak.
Secara khusus, pasien dengan terapi ECT mendapatkan satu treatment dalam tiga atau beberapa minggu. ECT dapat menyebabkan ketidaksadaran, walaupun demikian arus listrik yang dialirkan sangatlah lemah. Arus listrik dialirkan melalui pelipis menuju ke sisi hemisfer serebral non dominan.
Individu akan terbangun dalam beberapa menit kemudian dan tidak ingat apapun tentang terapi.Efek samping dari terapi ECT ini adalah gangguan memori yang menimbulkan kekosongan memori sehingga pasien mengalami gangguan kemampuan untuk menambah informasi baru selama beberapa waktu.

3. Psychosurgery
Pada terapi ini, tindakan yang dilakukan adalah adanya pemotongan serabut saraf dengan penyinaran ultrasonik. Psychosurgery merupakan metode yang digunakan untuk pasien yang menunjukan tingkah laku abnormal, diantaranya pasien yang mengalamai gangguan emosi yang berat dan kerusakan pada bagian otaknya.
Pada pasien yang mengalami gangguan berat, pembedahan dilakukan terhadap serabut yang menghubungkan frontal lobe dengan sistim limbik atau dengan area hipotalamus tertentu.
Terapi ini digunakan untuk mengurangi simptom psikotis, seperti disorganisasi proses pikiran, gangguan emosionalitas, disorientasi waktu ruang dan lingkungan, serta halusinasi dan delusi.


KASUS PERILAKU ABNORMAL:

Seorang pejabat Departemen Kesehatan Jepang mengatakan, pihaknya telah menerima laporan 23 kasus obat anti virus yang menyebabkan perubahan tingkah laku pada anak-anak dibawah usia 10 tahun, sumber-sumber Depkes Jepang melaporkan, Sabtu (24/3).Hal tersebut menimbulkan pertanyaan berkaitan dengan instruksi kementrian tersebut baru-baru ini yang melarang dokter untuk memberikan resep obat anti flu tersebut kepada para remaja.
Namun laporan kasus-kasus tersebut terjadi sekitar 2 tahun dari April 2004 tak ada kasus dimana anak-anak tersebut menjatuhkan diri dari bangunan tinggi seperti pada kalangan usia remaja.
Jumlah anak-anak dibawah usia 10 yang menunjukkan gejala neuropsychiatrik, misalnya halusinasi, depresi, kehilangan kesadaran sejak April 2004 tercatat sembilan orang dan menjadi 14 pada April 2005 hingga akhir tahun yang sama, demikian dikatakan oleh para narasumber.DepKes mengatakan akan mempelajari laporan kasus perubahan perilaku pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan menekankan agar para dokter berhati-hati dalam memberikan resep.
Pabrik farmasi Chugai mengatakan, pihaknya akan berkerja sama dengan DepKes dalam penyelidikan kasus itu.
Narasumber tersebut mengatakan, laporan yang masuk yang diajukan oleh perusahaan obat Chugai Pharmaceutical Co. dua dari kasus pada tahun 2005 adalah kasus berperilaku tidak normal.
Pihak eksportir dan distributor Tamiflu yang dibuat di Swiss melaporkan hal tersebut telah mengajukan laporan kepada perusahaan obat dan badan pengawasan obat.
Badan tersebut kini melakukan pemantauan jumlah kasus sebelum dan sesudah 2006, narasumber tersebut melaporkan.
Dengan adanya kasus-kasus tersebut terlihat titik terang dan meningkatkan kesdaran masyarakat, ditambah dengan dikeluarkannya peringatan dari pihak DepKes dan meralat pernyataan sebelumnya yang hanaya menyorot kasus dampak obat flu pada remaja dengan kisaran umur 10 hingga 19 tahun.
Tamiflu dikenal obat yang berpotensi mengatasi influenza dan pemerintah Jepang telah menyimpan obat tersebut dalam jumlah yang cukup besar untuk berjaga-jaga menghadapi wabah flu unggas.
Berdasarkan dua kasus terakhir pada Februari dan Maret pemerintah Jepang dalam hal ini DepKes mengeluarkan instruksi agar dihentikan pemberian Tamiflu pada anak-anak

EMOSI

BAB I
PENDAHULUAN
Kita menyebut emosi yang muncul dalam diri kita dengan berbgai nama seperti sedih, gembira, kecewa, semangat, marah, benci, cinta. Sebuta yang kita berikan kepada perasaan tertentu, mempengaruhi bagamana kita berpikir mengenai perasaan itu, dan bagaimana kta bertindak. Umpamanya, seorang ibu yang merasa sedih bertingkah laku lain dari seorang wanita yang merasa gembira.
Sejak kecil, kita sudah mulai membedakan emosi yang satu denagan yang lain, karena perbedaan tanggapan orang tua kita terhadap berbagai perasaan dan tingkah laku kita. Sebagia kanak-kanak kita mengalami perasaaan enak, seperti kalu kita digendong dan disuapi makan atau perasaan jelek, seerti pada waktu kita lapar. Kemampuan untuk membedakan antara bermacam-macam hal seperti barang kepunyaan kita dari kepunyaan teman, suara dan wajah orang, musi-musim dalam perjalanan tahun, dengan perlahan-lahan bertambah sejalan dengan perkembangan kita maju dari masa kanak-kanak ke masa kita remaja, dan ke masa dewasa. Kemampuan untuk membedakan antara bermacam-macam hal yang kita jumpai semakin tajam dan teliti , berlangsung terus dalam hidup kita, sehingga kita makin dapat membedakan antara perasaan kita sendiri dengan perasaan orang lain. Para psikolog memandang proses ini sebagai salah satu segi yang sangat rumit dalam perkembangan manusia.
Kita dapat menikmati perkembangan pengertian tentang perasaan itu dalam diri anak misalnya, tidak dapat membedakan antara rasa benci dan rasa marah. Mereka sadar bahwa apa yang mereka alami tidak enak, bahwa merek merasa sakit hati dan dilukai oleh seseorang dan merasakan sesuatu yang buruk mau melawan orang itu. Tetapi mereka belum tahu bahwa rasa marah dapat merupakan suatu persaan yang lekas dapat hilang, sedangkan rasa benci dapat lebih awet. Apalagi mereka belum dapat membedakan antara kedua perasaan itu.
Anak-anak remaja sering ragu-ragu dan bimbang mengenai rasa cinta yang mereka alami yang satu dari yang lain, dan makin cakap menyebut emosi-emosi itu, kita juga mulai memikirkan lebih dalam mengenai perasaan-perasaan kita. Kita tidak hanya merasa sedih atau marah. Kita juga mulai bertanya-tanya apa sebabnya kita merasa sedih atau marah, dan apakah yang dapat kita perbuat terhadap perasaan yang melanda kita itu. Kita tidak lagi merupakan sasaran emosi-emosi yang bermacam-macam saja, seperti bayi. Perasaan kita mempunyai nama dan ada sebabnya, dan kadang-kadang dapat kita hubungkan dengan tindakan-tindakan dan perilaku tertentu kita.
Kemampuan untuk memikirkan emosi kita juga membantu meningkatkan kemampuan untuk menguasainya. Kita masih merasa getaran-getaran emosi itu, akan tetapi kita sudah mempunyai bermacam-macam pilihan untuk menanggapinya. Kita mengerti dengan lebih baik apa yang menyebabkan emosi tadi, dan kita dapat memutuskan apakah kita ingin memendam perasaan itu, atau apakah kita ingin mengungkapkan emosi itu, umpamanya dengan menangis, atau dengan mengundurkan emosi itu, sedemikian rupa sampai orang-orang lain akan terkena akibatnya.



BAB II
ISI
EMOSI
1. DEFINISI EMOSI

Hal yang paling sulit dilakukan oleh sebagian besar orang adalah mengalahkan musuh terbesar mereka yaitu diri sendiri. Jika seseorang sudah dapat mengalahkan dan mengendalikan diri sendiri, berarti seseorang itu sudah mencapai tahap kecerdasan spiritual yang tinggi. Mengalahkan dan mengendalikan diri sendiri bukanlah sebuah peristiwa, tetapi sebuah kebiasaan dan kedisiplinan yang harus dilakukan setiap hari.

Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku. Emosi adalah pengalaman yang bersifat subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang individu. Emosi berhubungan dengan konsep psikologi lain seperti suasana hati, temperamen, kepribadian, dan disposisi. Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis, dari émouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-) 'luar' dan movere 'bergerak'. "Motivasi" juga diturunkan dari movere. Pandangan sistematis yang pertama kali adalah pandangan dari Darwin yang mendefinisikan emosi sebagai mekanisme untuk adaptasi dan mempertahankan hidup oleh individu.Apabila emosi ditilik dari bahasa Inggris, kata emosi adalah ‘emotion’. Emotion merujuk pada sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Misalnya, Seseorang merasakan situasi yang menyenangkan ketika bersama pacar, rasa bahagia, saling senyum, dan dunia serasa milik berdua. Keadaan itu mungkin dikatakan “emosi cinta”.

Definisi menurut para ahli tentang emosi itu banyak sekali tetapi dapat ditarik lima benang merah diantara definisi emosi itu, yakni emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan.
Emosi banyak sekali jenisnya. Sebagai perbandingan, dalam bahasa Inggris setidaknya ditemukan lebih dari 500 kata untuk menggambarkan emosi (Averill, 1975 dalam Feldman, 2003). Seringkali tidak ada keseragaman dalam memberi nama pada jenis emosi tertentu karena sangat tergantung pada banyak faktor, seperti perilaku yang tampak (misalnya menangis,tertawa), rangsangan yang memicu emosi tersebut (benda yang menakutkan,ucapan yang memuji), reaksi fisiologik yang timbul (debaran jantung atau adrenalin meninggi atau normal), watak individu itu sendiri (pemberani,penakut), dan situasi sosial-budaya setempat(perempuan boleh manja, pria jangan menangis, dan sebagainya). Banyak sebutan untuk aneka jenis emosi dapat di lihat dalam Daftar Emosi.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tiadak ada satupun definisi yang diterima secara universal. Studi tentang emosi tidak hanya dilakukan oleh ilmu psikologi, tetapi juga oleh sosiologi, neurologi, etika, dan filsafat. Hal tersebut menambah lagi keragaman definisi tentang emosi.
Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi.
Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tiba-tiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami.
Emosi dan perasaan (emotion & feeling). Keduanya digunakan secara tumpang tindih dalam percakapan keseharian. Perasaan mengandung adanya suatu pengalaman subjektif. Apa yang dirasakan satu orang dengan orang lain relatif sulit untuk dibandingkan. Hanya diri sendirilah yang bisa mengalami perasaan yang muncul. Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang
menurut seorang peneliti emosi dari Australian National University, yakni Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam bahasa inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya lagi, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah daripada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi jauh lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Emosi bisa dibedakan dalam nilai positif dan negatif. Diantara keduanya terdapat nilai netral. Emosi netral adalah kategori emosi yang tidak jelas posisinya. Emosi positif berperan dalam memicu munculnya kesejahteraan emosional (emotional well-being) dan memfasilitasi dalam pengaturan emosi negatif. Jika emosi seseorang positif, maka seseorang itu akan lebih mudah dalam mengatur emosi negatif yang tiba-tiba datang. Emosi-emosi yang bernilai positif diantaranya adalah sayang, suka, cinta, bahagia, gembira, senang, dan lainnya. Emosi negatif menghasilkan permasalahan yang mengganggu individu maupun masyarakat. Emosi-emosi yang bernilai negatif. Misalnya sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, muak, prasangka, takut, curiga dan sejenisnya.
Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional
Salah satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self awareness). Hal ini berarti manusia memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri. Kesadaran diri membuat sesorang dapat sepenuhnya sadar terhadap seluruh perasaan dan emosi dirinya. Dengan senantiasa sadar akan keberadaan diri, seseroang dapat mengendalikan emosi dan perasaannya.
Namun seringkali manusia ”lupa” diri, sehingga lepas kendali atas emosi, perasaan dan keberadaan dirinya. Oleh karena, itu agar dapat mengendalikan dan menguasai diri, maka seseorang harus senantiasa membuka kesadaran dirinya melalui upaya memasuki alam bawah sadar (frekuensi gelombang otak yang rendah) maupun suprasadar melalui meditasi.
Mengalahkan diri sendiri memiliki dua dimensi yaitu mengendalikan emosi dan disiplin. Mengendalikan emosi berarti seseorang mampu mengenali/memahami serta mengelola emosinya, sedangkan kedisiplinan adalah melakukan hal-hal yang harus dilakukan secara ajeg dan teratur dalam upaya mencapai tujuan atau sasaran kita.
a. Mengendalikan Emosi
Kecerdasan emosi merupakan tahapan yang harus dilalui seseorang sebelum mencapai kecerdasan spiritual. Seseorang dengan Emotional Quotient (EQ) yang tinggi memiliki fondasi yang kuat untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual. Seringkali kita menganggap bahwa emosi adalah hal yang begitu saja terjadi dalam hidup kita. Kita menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respons kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita.
Menurut definisi Daniel Goleman dalam bukunya “Emotional Intelligence”, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Sedangkan Anthony Robbins (penulis Awaken the Giant Within) menunjuk emosi sebagai sinyal untuk melakukan suatu tindakan. Di sini dia melihat bahwa emosi bukan akibat atau sekedar respons tetapi justru sinyal untuk kita melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini ada unsur proaktif, yaitu kita melakukan tindakan atas dorongan emosi yang kita miliki. Bukannya kita bereaksi atau merasakan perasaan hati atau emosi karena kejadian yang terjadi pada kita.
b. Menguasai Diri dan Kedisiplinan
Kata ‘disiplin’ atau ‘self-control’ berasal dari bahasa Yunani, dari akar kata yang berarti ”menggenggam” atau ”memegang erat”. Kata ini sesungguhnya menjelaskan orang yang bersedia menggenggam hidupnya dan mengendalikan seluruh bidang kehidupan yang membawanya kepada kesuksesan atau kegagalan. John Maxwell mendefinisikan ‘disiplin’ sebagai suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang tidak kita inginkan. Setelah melakukan hal yang tidak kita inginkan selama beberapa waktu (antara 30 – 90 hari), ‘disiplin’ akhirnya menjadi suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang ingin kita lakukan sekarang!! Saya percaya kita bisa menjadi disiplin dan menikmatinya setelah beberapa tahun melakukannya.
Berikut saya mengutip tulisan John Maxwell tentang disiplin diri yang merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin:
“All great leaders have understood that their number one responsibility was for their own discipline and personal growth. If they could not lead themselves, they could not lead others. Leaders can never take others farther than they have gone themselves, for no one can travel without until he or she has first travel within. A leader can only grow when the leader is willing to ‘pay the price’ for it”.
Dalam buku "Developing the Leader Within You", John Maxwell menyatakan ada dua hal yang sangat sukar dilakukan seseorang. Pertama, melakukan hal-hal berdasarkan urutan kepentingannya (menetapkan prioritas). Kedua, secara terus-menerus melakukan hal-hal tersebut berdasarkan urutan kepentingan dengan disiplin.
Emosi sebagai reaksi penilaian (positif atau negatif) yang kompleks dari system syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam dirinya sendiri. Definisi itu menggambarkan bahwa emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar (benda,manusia,situasi,cahaya), maupun dari dalam diri kita (tekanan darah,kadar gula,lapar,ngantuk,segar,dan lain-lain), pada indera-indera kita. Selanjutnya, kita (orang,individu) menafsirkan persepsi kita atas rangsangan itu sebagai suatu hal yang positif (menyenangkan,menarik) atau negatif (menakutkan, ingin menghindar) yang selanjutnya kita terjemahkan dalam respons-respons fisiologik dan motorik (jantung berdebar, mulut menganga, bulu roma berdiri, mata merah,dan sebagainya) dan pada saat itulah tejadi emosi.
Emosi sering dikaitkan dengan orang yang pemarah. Pengertian tersebut secara awam dikenali dan dipakai oleh banyak orang. Emosi tidak sekedar menunjukkan orang yang pemarah apalagi merujuk kepada streotip untuk suku tertentu.
Emosi tidak sekedar dilihat dari reaksi fisiologis. Emosi bisa munculkan oleh motif sosiogenetik yaitu motif yang dipelajari oleh orang lain berasal dari lingkungan tempat seseorang berkembang (Gerungan, 1996:149). Emosi memberikan informasi dari satu orang ke yang lainnya. Rasa takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa dia tidak mau melakukan sesuatu. Marah dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Emosi dapat muncul tidak disadari dan tanpa diniatkan. Seseorang baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu dialami sendiri, Misalnya bertemu dengan musuh, tiba-tiba saja marah.





Tabel 1.1 DAFTAR EMOSI
DAFTAR EMOSI DAFTAR EMOSI
Penerimaan (Acceptance)
Kasih sayang (Affection)
Agresi ( Aggresion )
Tak pasti (Ambivalence)
Terganggu (Annoyance)
Tak Peduli (Apathy)
Cemas ( Anxiety )
Bosan ( Boredom )
Belas kasihan (Compassion)
Bingung (Confusion)
Tak setuju (Contempt)
Ingin tahu (Curiosity)
Depresi (Depression)
Tidak puas (Dissapointment)
Ragu (Doubt)
Riang (Ecstasy)
Empati (Empathy) Iri (Envy)
Tersinggung (Embarassment)
Ephoria (Euphoria)
Memaafkan (Forgiveness)
Frustrasi (Frustration)
Berterima kasih (Gratitude)
Berduka (grief)
Rasa bersalah (guilt)
Benci (Hatred)
Horor (horror)
Kebencian (hostillity)
Rindu kampung halaman (Homesickness)
Lapar (hunger)
Histeria (Hysteria)
Minat (Interest)
Emosi hakikatnya adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Kala seseorang emosi, artinya dia sedang berupaya menyampaikan pesan kepada orang lain. Bentuk penyampaiannya berbeda-beda, bergantung pada lingkungan dan kondisi sosial budaya yang membentuknya. Komunikasi pada emosi memiliki ciri-ciri tertentu:
1. Sikap terjadi bukan dibawa sejak diilahirkan.
2. Sikap berubah-ubah dan dapat dipelajari.
3. Siap tidak berdiri sendiri, karena mengandung relasi terhadap suatu objek.
4. Sikap merupkan segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat berdasarkan pengetahuan seseorang.
(Newcomb, Turner, dan Converse, 1981:151).
Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan disiplin diri:
1. Tetapkan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam waktu dekat.
2. Buat urutan prioritas hal-hal yang ingin dilakukan.
3. Buat jadwal kegiatan secara tertulis
4. Lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang dibuat, tetapi jangan terlalu kaku. Jika diperlukan, jadwal tersebut dapat diubah sesuai dengan kondisi dan situasi.
5. Berusahalah untuk senantiasa disiplin dengan jadwal program kegiatan yang sudah disusun sendiri. Sekali tidak disiplin atau menunda kegiatan tersebut, akan sulit untuk kembali melakukannya.
Melalui pengendalian emosi, penguasaan diri dan kedisiplinan seseorang dapat lebih memahami dirinya dan bagaimana cara memanfaatkan potensi luar biasa dalam diri nya sehingga seseorang itu dapat menjadi manusia yang lebih cerdas secara spiritual. Namun, semua ini tidak akan ada artinya jikaseseorang tidak melakukan sesuatu. Seseorang harus melakukan sesuatu untuk mencapai kehidupan yang berkelimpahan dan berkualitas, karena hanya diri sendiri yang dapat mengubah kehidupan seseorang.
Secara umum terdapat sekurang-kurangnya 7 fungsi emosi bagi manusia. Masing-masing fungsi itu berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia karena membantu dalam penyesuaian terhadap lingkungan.
1. Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan menghadapi krisis.
Bayangkan jika seseorang tiba-tiba bertemu dengan ular. Mungkin seseorang itu akan merasa terkejut dan lalu melompat. Karena terkejut itulah maka ia selamat dari gigitan ular. Artinya, keadaan krisis bisa dilewati karena seseorang itu memiliki respon otomatis.
2. Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
3. Memotivasi tindakan yang ditujukan untuk pencapaian tujuan tertentu..
4. Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain.
5. Meningkatkan ikatan sosial
. Adanya emosi yang positif seperti rasa bahagia, penerimaan, sayang, kegembiraan, kedamaian, akan membuat hubungan sosial yang ada semakin erat
6. Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian

7. Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu
Seseorang akan lebih mengingat kembali kenangan-kenangan yang diliputi oleh emosi yang kuat.
Marah adalah suatu perilaku yang normal dan sehat, sebagai salah satu bentuk ekspresi emosi manusia . Namun, ketika marah tidak terkendali dan cenderung menuju arah negatif, marah akan menjadi masalah (Rahmat, www.percikan-iman.com). Seperti bentuk emosi lainnya, marah juga diikuti dengan perubahan psikologis dan biologis. Ketika Anda marah, denyut nadi dan tekanan darah meningkat, begitu juga dengan level hormon, adrenaline, dan noradrenaline, ungkap Charles Spielberger, Ph.D., seorang ahli psikologi yang mengambil spesialisasi studi tentang marah. Dari pendapatnya tersebut, Apabila seseorang sedang marah, ada banyak hal yang terjadi pada dirinya yang mungkin tidak pernah kita perhatikan lebih jauh.
Emosi pada kepribadian merujuk sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang. Suatu emosi cenderung diulang-ulang, maka emosi itu dianggap sebagai sifat kepribadian. Emosi memilki hubungan yang mempengaruhi pada kepribadian seseorang. Orang yang sering marah-marah akan disebut memiliki sifat pemarah. Orang yang sering mengalami takut akan disebut penakut. Orang yang sering menunjukkan kebanggaan diri akan disebut sombong. Orang yang sering bersedih akan disebut pemurung. Orang yang mudah cemas disebut pencemas.
Emosi berbeda diartikan berdasarkan latar daerah bahasa. Bahasa berbeda memiliki jumlah kosakata emosi yang berbeda. Misalnya, kata emosi dalam bahasa inggris berbeda dengan jumlah kata-kata emosi dalam bahasa Indonesia, bahasa Jawa dan bahasa Minangkabau. Emosi yang dialami mungkin sama, namun dalam bahasa tertentu hanya digunakan satu kata untuk menyebutnya, sedangkan dalam bahasa lain diterangkan lebih terperinci sehingga dipecah ke dalam beberapa kata.
Salah satu pengkategorian emosi yang cukup bermanfaat adalah dengan membedakan emosi berdasarkan skenario kognitif yang dimiliki seseorang terhadap emosi yang dialami. Misalnya dibedakan berdasarkan kejadian-kejadian yang menyebabkan emosi, berdasarkan nilai positif dan negatif, berdasarkan kedekatan makna antara kata-kata emosi, dan lainnya.
Sekurangnya terdapat tiga cara dalam membedakan emosi, yakni perbedaan yang terlihat dengan adanya kata-kata emosi yang banyak jumlahnya itu, membedakan berdasarkan kejadian yang menimbulkan emosi dan tanda-tanda munculnya emosi. Emosi datang berdasarkan motif. Motif merupakan pengertian yang berkaitan semua penggerak atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan diia berbuat sendiri. Tingkah laku manusia menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Gerungan, 1996:140).

Sudah lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi perilaku manusia. Namun tidak banyak yang mempermasalahkan aspek emosi hingga muncul Daniel Goleman (1997) yang mengangkatnya menjadi topik utama di bukunya. Kecerdasan emosi memang bukanlah konsep baru dalam dunia psikologi. Lama sebelum Goleman (1997) di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkap social intelligence, yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pada pria maupun wanita. Thorndike percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat penting bagi keberhasilan seseorang di berbagai aspek kehidupannya.
Salah satu pengendali kematangan emosi adalah pengetahuan yang mendalam mengenai emosi itu sendiri. Banyak orang tidak tahu menahu mengenai emosi atau besikap negatif terhadap emosi karena kurangnya pengetahuan akan aspek ini. Seorang anak yang terbiasa dididik orang tuanya untuk tidak boleh menangis, tidak boleh terlalu memakai perasaan akhirnya akan membangun kerangka berpikir bahwa perasaan, memang sesuatu yang negatif dan oleh karena itu harus dihindari. Akibatnya anak akan menjadi sangat rasional, sulit untuk memahami perasaan yang dialami orang lain serta menuntut orang lain agar tidak menggunakan emosi. Salah satu definisi akurat tentang pengertian emosi diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.
Emosilah yang seringkali menghambat orang tidak melakukan perubahan. Ada perasaan takut dengan yang akan terjadi, ada rasa cemas, ada rasa khwatir, ada pula rasa marah karena adanya perubahan. Hal tersebut itulah yang seringkali menjelaskan mengapa orang tidak mengubah polanya untuk berani mengikuti jalur-jalur menapaki jenjang kesuksesan. Hal ini sekaligus pula menjelaskan pula mengapa banyak orang yang sukses yang akhirnya terlalu puas dengan kondisinya, selanjutnya takut melangkah. Akhirnya menjadi orang yang gagal.
Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Berbagai buku psikologi yang membahas masalah emosi seperti yang dibahas Atkinson (1983) membedakan emosi hanya 2 jenis yakni emosi menyenangkan dan emosi tidak menyenangkan. Dengan demikian emosi di kantor dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan (Martin, 2003).
Tantangan menonjol bagi pekerja saat ini terutama adalah bertambahnya jam kerja serta keharusan untuk mengelola hal-hal berpotensi stress dan berfungsi efektif di tengah kompleksitas bisnis. Selain itu pekerja dituntut mampu menempatkan kedupan kerja dan keluarga selalu dalam posisi seimbang. Bahkan hanya soal kemampuan logika, saat ini tantangan pekerjaan juga terletak pada kemampuan berelasi dan berempati. Dalam berkata, bertindak dan mengambil keputusan, seseorang membutuhkan kecerdasan emosi yang tinggi, sehingga mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Emosi menjadi penting karena ekspresi emosi yang tepat terbukti bisa melenyapkan stress pekerjaan. Semakin tepat mengkomunikasikan perasaan, semakin nyaman perasaan tersebut. Ketrampilan manajemen emosi memungkinkan individu menjadi akrab dan mampu bersahabat, berkomunikasi dengan tulus dan terbuka dengan orang lain. Berbagai riset tentang emosi umumnya berkesimpulan sederhana bahwa ‘adalah penting untuk membawa emosi yang menyenangkan ke tempat kerja’. Emosi yang tadinya sering ditinggal di rumah saat berangkat kerja saat ini justru semakin perlu dilibatkan di setiap setting bisnis. Naisbitt (1997) pun dalam bukunya “High Tech, High Touch : Technology and Our Search for Meaning” mendukung pendapat ini. Dikatakannya pada situasi teknologi mewabah, justru haus akan sentuhan kemanusiaan. Perkembangan tehnologi yang luar biasa yang kini terjadi dirasakan tidak diiringi dengan perubahan sosial yang memadai. Naisbitt (1997) menyebut era saat ini sebagai ‘zona keracunan tehnologi’. Di satu sisi sangat memuja tehnologi, di sisi lain melihat ada bagian yang hilang dari tehnologi, yaitu sentuhan kemanusiaan yang kita idamkan (Martin, 2003).

















2.TEORI-TEORI EMOSI
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, yaitu pendapat nativistik (emosi adalah bawaan) dan pendapat empirik (emosi adalah hasil belajar/pengalaman). Salah satu penganut paham nativistik yang termasuk paling awal mengemukakan teori emosinya adalah Rene Descartes (1596-1650). Menurut Descartes, sejak lahir manusia mempunyai enam emosi dasar yaitu : cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih, dan kagum. Setelah Descartes cukup banyak pakar psikologi yang mengajukan teori-teori emosi yang juga bersifat nativistik. Salah satu argumentasi yang melandasi teori-teori nativistik adalah bahwa ekspresi emosi pada dasarnya sama saja diantara hewan dan manusia, anak kecil, maupun orang dewasa.
Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi, yaitu :
• Teori Sentral,
Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya : orang menangis karena merasa sedih
• Teori Periferal
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.
• Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.






Tabel 2.1 Para ahli dan kajiannya tentang emosi
TEORI EMOSI DASAR
Nama Pakar Emosi Dasar Dasar Pengambilan Kesimpulan

Arnold Marah, enggan, berani, kecewa, hasrat, putus asa, benci, berharap, cinta, sedih Hubungan dengan kecenderungan-kecenderungan

Ekman, Friesen, dan Ellsworth Marah, jijik, takut, gembira, sedih, kejutan
Ekspresi wajah universal
Frijda Hasrat, bahagia, minat, kejutan, kaget, duka
Bentuk kesiapan bertindak
Gray Gusar, teror, cemas, gembira Bakat

Izard Marah, jijik, tidak suka, stress, takut, rasa bersalah, minat, gembira, malu, kejutan
Bakat
James Takut, cinta, duka, gusar Keterlibatan tubuh

McDougall Marah, jijik, gembira, takut, tidak berdaya, perasaan lembut, kagum
Hubungan dengan naluri
Mowrerr Sakit, senang Keadaan emosi yang tidak dipelajari

Oatley dan Johnson-Laird Marah, jijik, cemas, bahagia, sedih Tidak memerlukan tujuan tertentu

Panksepp Berharap, takut, gusar, panik Bakat


Plutchik Pasrah, marah, antisipasi, jijik, gembira, takut, sedih, kejutan
Hubungan dengan adaptasi biologis
Tomkins Marah, interest, jijik, tidak suka, stress, takut, gembira, malu, kejutan
Besarnya rangsangan syaraf
Watson Takut, cinta, gusar Bakat

Weiner dan Graham Bahagia, sedih Atributsi, mandiri
(Sumber: Ortony dan Turner, 1990)
Di sisi lain, golongan empiris sangat mengutamakan hubungan antara jiwa yang berpusat di otak (khususnya amygdala yang dipercaya sebagai pusat emosi) dengan ransanagan-rangsangan dari lingkungan melalui jaringan syaraf pada tubuh manusia, yaitu mulai dari perifer/tepi (indera) ke pusat, diolah di pusat (otak) dan kembali ke perifer/tepi (motorik,kelenjar-kelenjar) dalam bentuk reaksi-reaksi tubuh.
Selanjutnya, ada tiga teori empiric klasik tentang emosi yang didasarkan pada hubungan otak/syaraf dengan rangsangan dari lingkungan. Yang pertama adalah teori somatic dari William James dan Carl Lange (akhir abad ke-19) , yang kemudian dikritik oleh Canon Bard, dan yang termodern adalah Teori Kognitif tentang emosi yang disebut sebagai Teori Singer-Scharter.
William James pada tahun 1893 dan Carl Lange pada awal abad ke-20 menyajikan pandangan tentang emosi. Menurut teori James-Lange, sebuah emosi adalah reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam system fisiologi tubuh (Garret, 2005; Feldman, 2003; Schwartz, 1986). Jadi kalau seseorang melihat seekor beruang, ia belum merasa takut dulu, tetapi jantungnya mulai berdebar keras, dan adrenalinnya terpacu. Perubahan-perubahan faal/fisiologi ini dipersepsi oleh orang yang bersangkutan dan baru pada saat itulah orang tersebut merasa takut (menjerit). Dalam praktik, teori ini digunakan sebagai dasar untuk, misalnya, terapi tertawa. Dalam satu kelompok, orang diminta untuk tertawa saja sekeras-kerasnya walaupun tidak ada yang lucu, maka emosi senang dan gembira akan muncul karena tertawa itu.
Tetapi, Walter Canon dan Philip Bard (1929) membuktikan dalam penelitian-penelitiannya dengan hewan, bahwa reaksi motorik timbul setelah takut, bukan reaksi motorik menimbulkan takut (Garret, 2005; Feldman, 2003 ). Jadi, orang menjerit dan lari karena takut, bukan menjerit dulu baru takut .
Teori Canon-Bard ini pun masih belum dianggap baik, karena penelitian-penelitian berikutnya oleh para penganut aliran Psikologi Kognitif menemukan bahwa reaksi orang terhadap suatu rangsangan tertentu bisa berbeda-beda. Seorang ibu rumah tangga yang belum pernah melihat beruang, memang bisa menjerit ketakutan , jika ia tiba-tiba menemukan seekor beruang di halaman rumahnya. Tetapi, seorang pelatih beruang akan bereaksi tenang saja, sama sekali tidak takut karena sudah terbiasa dengan binatang itu. Jadi, disini ada faktor interpretasi terhadap rangsangan (bukan terhadap reaksi motorik) yang menyebabkan akan timbul emosi atau tidak, dan emosi apa yang akan timbul.



















3.MENGEMBANGKAN EMOSI DASAR POSITF
Emosi adalah gerakan atau ungkapan perasan yang keluar dari dalam diri seseorang. Dalam Kamus Konseling (Drs. Sudarsono, SH, 1996), emosi digambarkan sebagai suatu keadaan yang komplek dari organisme perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam organ tubuh yang sifatnya luas, biasanya ditandai oleh perasaan yang kuat yang mengarah ke suatu bentuk perilaku tertentu, erat kaitannya dengan kondisi tubuh, denyut jantung, sirkulasi dan pernafasan.
Dari pengertian tersebut, emosi merupakan sebuah reaksi kita ketika berelasi dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan hidup kita. Reaksi tersebut disadari atau tidak mempunyai efek entah bersifat membangun entah merusak. Bisa dikatakan bahwa emosi sebenarnya bukan cuma sebagai reaksi terhadap keadaan pada diri maupun luar diri kita, tetapi juga merupakan upaya pencapaian ke arah pembentukan diri menuju hidup yang transendental (spiritual).
Secara umum emosi dikategorikan menjadi dua jenis yaitu emosi dasar positif dan emosi dasar negatif.Emosi dasar positif adalah perasaan berupa sukacita (joy), yakin/ percaya (trust/ faith), pengharapan (hope), syukur (praise), berbela rasa (compassion), mau mengerti dan menerima (willingness to understand and to accept). Emosi dasar positif ini sering disebut sebagai kekuatan biofilik, (cinta kehidupan, pro vita).
edangkan emosi dasar negatif adalah perasaan berupa dengki, dendam, iri, kejam, menolak dan tak mau mengerti. Emosi jenis ini merupakan kekuatan nekrofilik karena dapat menjadi kekuatan yang bersifat merugikan dan mematikan.
Individu yang mau bertumbuh kembang dan bertransformasi diri seyogiyanya mengembangkan emosi dasar positif dan melawan emosi dasar negatif. Pengembangan perasaan sukacita, yakin/ percaya, pengharapan, syukur, berbela rasa dan mau mengerti serta menerima, harus mempunyai dasar dan sungguh-sungguh sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang kita yakini. Artinya emosi dasar positif harus dikembangkan secara riil, sadar, responsif dan rasional.
Agar kita dapat bertumbuh kembang menuju pribadi utuh, kita seyogiyanya memiliki komitmen dan tanggung jawab dalam menyadari dan menumbuhkan emosi dasar positif ini. Dengan demikian, perbaikan kecil yang terus menerus dapat berlangsung karena didukung oleh emosi dasar positif yang pro kehidupan





4. PENGERTIAN KECERDASAN EMOSIONAL
Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan membaca, menulis, berhitung, sebagai jalur sempit ketrampilan kata dan angka yang menjadi fokus di pendidikan formal (sekolah), dan sesungguhnya mengarahkan seseorang untuk mencapai sukses di bidang akademis (menjadi professor). Tetapi definisi keberhasilan hidup tidak melulu ini saja. Pandangan baru yang berkembang : ada kecerdasan lain di luar IQ, seperti bakat, ketajaman pengamatan sosial, hubungan sosial, kematangan emosional, dll. yang harus juga dikembangkan.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurang memiliki kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.
Berdasarkan pengalaman, apabila suatu masalah menyangkut pengambilan keputusan dan tindakan, aspek perasaan sama pentingnya dan sering kali lebih penting daripada nalar. Emosi itu memperkaya; model pemikiran yang tidak menghiraukan emosi merupakan model yang miskin. Nilai-nilai yang lebih tinggi dalam perasaan manusia, seperti kepercayaan, harapan, pengabdian, cinta, seluruhnya lenyap dalam pandangan kognitif yang dingin, Kita sudah terlalu lama menekankan pentingnya IQ dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun, kecerdasan tidaklah berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa. Kecerdasan emosional menambahkan jauh lebih banyak sifat-sifat yang membuat kita menjadi lebih manusiawi.
Antara IQ dan EQ
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Orang dengan IQ tinggi dapat terperosok ke dalam nafsu yang tak terkendali dan impuls yang meledak-ledak; orang dengan IQ tinggi dapat menjadi pilot yang tak cakap dalam kehidupan pribadi mereka. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang paling banyak 20 % bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80 % ditentukan oleh faktor lain.

Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup.
Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan persahabatan, ataupun dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi.
Orang dengan ketrampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi pada karir/pekerjaan ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih.
Goleman (1997), mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.
Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Menurut Harmoko (2005) Kecerdasan emosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang indiovidu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia dan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.
Sedangkan menurut Dio (2003), dalam konteks pekerjaan, pengertian kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengetahui yang orang lain rasakan, termasuk cara tepat untuk menangani masalah. Orang lain yang dimaksudkan disini bisa meliputi atasan, rekan sejawat, bawahan atau juga pelanggan. Realitas menunjukkan seringkali individu tidak mampu menangani masalah–masalah emosional di tempat kerja secara memuaskan. Bukan saja tidak mampu memahami perasaan diri sendiri, melainkan juga perasaan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dan konflik antar pribadi.


Berbeda dengan pemahaman negatif masyarakat tentang emosi yang lebih mengarah pada emosionalitas sebaiknya pengertian emosi dalam lingkup kecerdasan emosi lebih mengarah pada kemampuan yang bersifat positif. Didukung pendapat yang dikemukakan oleh Cooper (1999) bahwa kecerdasan emosi memungkinkan individu untuk dapat merasakan dan memahami dengan benar, selanjutnya mampu menggunakan daya dan kepekaan emosinya sebagai energi informasi dan pengaruh yang manusiawi. Sebaliknya bila individu tida memiliki kematangan emosi maka akan sulit mengelola emosinya secara baik dalam bekerja. Disamping itu individu akan menjadi pekerja yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan, tidak mampu bersikap terbuka dalam menerima perbedaan pendapat , kurang gigih dan sulit berkembang.
Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari : kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
Survey membuktikan …
Survei terhadap orangtua dan guru-guru memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang, lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya : lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif.
Kemerosotan emosi tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik berikut :
• Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial; lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung.
• Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan depresi.
• Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir ; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang.
• Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok , bertemperamen panas.
Penelitian jangka panjang terhadap 95 mahasiswa Harvard dari angkatan tahun 1940 an menunjukkan bahwa dalam usia setengah baya, mereka yang peroleh tesnya paling tinggi di perguruan tinggi tidaklah terlampau sukses dibandingkan rekan-rekannya yang IQ nya lebih rendah bila diukur menurut gaji, produktivitas, atau status di bidang pekerjaan mereka.
Mereka juga bukan yang paling banyak mendapatkan kepuasan hidup, dan juga bukan yang paling bahagia dalam hubungan persahabatan, keluarga, dan asrmara.
Penanganan
Bagaimana kita mempersiapkan anak-anak kita dalam menempuh kehidupan ? Perlu pendidikan kecakapan manusiawi dasariah, seperti kesadaran diri, pengendalian diri, dan empati, seni mendengarkan, menyelesaikan pertentangan dan kerja sama. Kendati terdapat kendali sosial, dari waktu ke waktu nafsu seringkali menguasai nalar. Perlu adanya keseimbangan antara kecerdasan rasional dan kecerdasan emosional. Keberhasilan hidup ditentukan oleh keduanya.
Ajaran Socrates : Kenalilah dirimu menunjukkan inti kecerdasan emosional : kesadaran akan perasaan diri sendiri sewaktu perasaan itu timbul.
Pelatihan untuk menyatakan perasaan negatif (marah, frustrasi, kecewa, depresi, cemas) menjadi amat penting. Pelampiasan yang tidak tepat justru menambah intensitas, bukan mengurangi. Cara berpikir menentukan cara merasa, oleh karenanya berpikir positif sangatlah diperlukan.
Ketekunan, kendali dorongan hati dan emosi, penundaan pemuasan yang dipaksakan kepada diri sendiri demi suatu sasaran, kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain (empati), dan manajemen diri merupakan hal yang dapat dipelajari.
Pengalaman dan pendidikan di masa kanak-kanak akan sangat menentukan dasar pembentukan ketrampilan sosial dan emosional.














5. MENGUASAI EMOSI
Menahan Diri dan Menguasai Emosi
Syarat penting untuk mengatasi problematika ini adalah berpikir sebelum bertindak, bersikap bijaksana, terkontrol dan menghindari amarah serta sikap tergesa gesa.
Seorang ibu memasuki kamar anaknya dan melihat kaca cermin pecah berserakan di lantai, lalu ia langsung menjerit dan marah marah sambil mencaci, "Kenapa kamu melakukan ini? Katakan apa yang sebenarnya terjadi, jika tidak aku akan memukulmu!" Tidak ragu lagi hal ini akan mendorong anaknya untuk berbohong. Dalam situasi seperti ini, mustahil seorang anak akan mengakui perbuatannya, apalagi ia dihadapkan pada amarah dengan hukuman yang siap menantinya.

Berbeda dengan ibu yang tenang dan lembut hatinya. Dia bisa mengontrol emosinya ketika melihat anaknya memecahkan kaca dan berkata, : Bagaimana ini bisa terjadi sayang? Ayo katakan pada mama." Dengan begitu sang anak pasti akan meminta ma'af dan mengakui kesalahannya, tanpa harus melakukan kebohongan. Lalu sang ibu memeluknya dan bersyukur atas keberaniann dan kejujuran yang ia katakan dan dia tidak sampai mencacinya. Terlebih lagi jika sang ibu melakukan semua ini dengan tulus, tenang dan bijaksana.
Dengan demikian berarti sang ibu telah menanamkan kejujuran pada diri anak tersebut dan ketahuilah bahwa ucapan yang jujur akan mengantarkan seorang pada kesuksesan.

Syauqi mengatakan dalam sebuah syair,
Berbuat baiklah kepada semua orang, maka kamu akan mendapatkan belas kasih mereka, meski dengan kebaikan yang paling rendah.

Pergaulilah semua orang dengan baik, maka kamu akan dicintai, sejak dahulu keindahan seseorang terletak pada akhlaknya yang luhur.

Seorang Cendikiawan menjelaskan bahwa kebohongan merupakan salah satu penyakit yang disebabkan karena ketidak mampuan anak dimasa masa puber untuk beradaptasi dengan lingkungannya, keluarga atau masyarakat. Kebohongan juga merupakan salah satu jenis prilaku sosial yang menyimpang yang lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
Sering kita melihat prilaku bohong yang menjangkit anak anak ABG, dan untuk mengetahui penyebabnya maka kita harus meneliti akarnya, yaitum kondisi lingkungan keluarganya dan prilaku prilaku apa saja yang mendominasi aktivitas kesehariannya.



Survei membuktikan bahwa kebiasaan berbohong pada anak anak di masa pubernya adalah di karenakan mereka sudah terbiasa berbohong sejak masa kanak-kanaknya. Sehingga pada masa puber ia jadi lebih berani melakukan kebohongan hanya untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, menyembunyikan rahasianya, dan melepaskan diri dari kesulitan yang akan menimpanya.

Kesalahan yang biasa dilakukan orang tu terhadap anak yang sedang menginjak masa puber :
- Memperlakukan anak anak dengan keras, tegas, dan terlalu mencampuri urusan mereka.
- Ketidak pedulian orang tua dan tidak ada arahan serta nasehat dari mereka.

Adapun model memperlakukan anak yang paling baik dan jarang ditemukan dalam masyarakat kita adalah model yang diterapkan berdasarkan tahapan tahapan umur dan dengan cara yang tepat.


















5. GEJOLAK EMOSI REMAJA
Pengertian Emosi

Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak.

Emosi adalah warna afektif yang kuat dan disertai oleh perubahan-perubahan pada fisik.Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fisik antara lain :

1. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona
2. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah
3. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut
4. Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa
5. Pupil mata : membesar bila marah
6. Liur : mengering kalau takut atau tegang
7. Bulu roma : berdiri kalau takut
8. Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang
9. Otot : menegang dan bergetar saat ketakutan atau tegang
10. komposisi darah : akan ikut berubah karena emosi yang menyebabkan kalenjar-kalenjar lebih aktif.

Karakteristik Emosi Remaja

Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan social baru.

Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.



• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1. Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2. Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3. Kemarahan biasa terjadi
4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1. “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
Sejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.

Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
1. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.

2. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamatinya.

3. Belajar dengan mempersamakan diri
Anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.

4. Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.

5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.

Anak memperhalus ekspresi-ekspresi kemarahannya atau emosi lain ketika ia beranjak dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Mendekati berakhirnya remaja, seorang anak telah melewati banyak badai emosional, ia mulai mengalami keadaan emosional yang lebih tenang dan telah belajar dalam seni menyembunyikan perasaan-perasaannya. Jadi, emosi yang ditunjukan mungkin merupakan selubung yang disembunyikan. Contohnya, seorang yang merasa ketakutan tetapi menunjukan kemarahan, dan seseorang yang sebenarnya hatinya terluka tetapi ia malah tertawa, sepertinya ia merasa senang.

Para remaja semasa kanak-kanak, mereka diberitahu atau diajarkan untuk tidak menunjukan perasaan-perasaannya, entah perasaan takut ataupun sedih. Akhirnya seringkali mereka takut dan ingin menangis tetapi tidak berani menunjukan perasaan tersebut secara terang-terangan. Kondisi-kondisi kehidupan atau kulturlah yang menyebabkan mereka merasa perlu menyembunyikan perasaan-perasaannya. Tidak hanya perasaan-perasaannya terhadap orang lain saja, namun pada derajat tertentu bahkan ia dapat kehilangan atau tidak merasakan lagi.

Dengan bertambahnya umur, menyebabkan terjadinya perubahan dalam ekspresi emosional. Bertambahnya pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.

Perbedaan Individual Dalam Perkembangan Emosi Remaja
Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Adapun karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung berahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh kerena itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda.

Dan perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya. Anak yang sehat cenderung kurang emosional dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Jika dilihat sebagai anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkan dengan anak yang kurang pandai bereaksi. Tetapi sebaliknya mereka lebih dapat mampu mengendalikan emosi.

Dalam sebuah keluarga, anak laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan jenis kelamin mereka. Rasa cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan rasa iri lebih umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan ledakan kemarahan lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.

Cara mendidik yang otoriter mendorong perkembangan emosi kecemasan dan takut, sedangkan cara mendidik yang permisif atau demokratis mendorong berkembangnya semangat dan rasa kasih sayang. Anak-anak dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi rendah cenderung lebih mengembangkan rasa takut dan cemas dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi.

Hubungan Antara Emosi Dan Tingkah Laku
Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat atau mengganggu proses pencernaan.

Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang.

Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat sehubungan dengan situasi kelas. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Anak sekolah akan belajar efektif apabila ia termotivasi, karena ia perlu belajar. Setelah hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai bahan yang ia pelajari.

Reaksi setiap pelajar tidak sama, oleh karena itu rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan begitu, rangsangan-rangsangan yang menhasilkan perasaan yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.